Page 67 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 67
58 Aristiono Nugroho, Suharno, dan Tullus Subroto
Otonomi petani semakin terlihat ketika sebagian petani
menyampaikan kritik atau pandangannya tentang strategi
pertanahan, yang tekanannya diletakkan pada konteks pertumbuhan,
perubahan, perkembangan, dan kesinambungan pertanian di Desa
Prigelan. Dinamika sosial dan sinergitas segenap elemen masyarakat
di desa ini merupakan realitas sosial, yang harus difahami dan
dipelajari oleh Pemerintah Desa Prigelan agar strategi pertanahan
mencapai tujuan penerapannya. Filterisasi atas berbagai tawaran
untuk menyejahterakan petani dilakukan oleh Pemerintah Desa
Prigelan dengan memperhatikan “suara” petani, kelompok tani, dan
gapoktan (gabungan kelompok tani).
Kompromi dilakukan secara sistematik dengan mem-
pertimbangkan kearifan lokal, dan strategi pertanahan yang sedang
diterapkan. Sistem nilai dan sistem sosial yang dikonstruksi oleh strategi
pertanahan menjadi pertimbangan, untuk mencegah implikasi yang
menciderai maksud dan tujuan penerapan strategi tersebut. “Pigura
besar” otonomi petani berupa pencapaian keadilan, kesejahteraan,
dan harmoni sosial; sedangkan “gambar yang ditampilkannya” berupa
strategi penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah.
Dengan demikian para petani mengerti caranya mengerti (ngertos
caranipun ngertos) agar otonomi petani dapat diekspresikan sesuai
situasi, kondisi, dan budaya Desa Prigelan.
Budaya Desa Prigelan mampu memberi kesempatan kepada
Pemerintah Desa Prigelan, untuk membangun asumsi positif petani
terhadap nilai-nilai pertanahan. Hal ini kemudian mendorong
terciptanya keyakinan positif petani terhadap nilai-nilai pertanahan.
Oleh karena itu, tepatlah kiranya ketika Pemerintah Desa Prigelan
memainkan power to relation sebagai instrumen otonomi petani,
untuk mendukung penerapan strategi pertanahan. Pemerintah Desa
Prigelan berupaya agar nilai-nilai pertanahan yang ditransmisikan