Page 74 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 74
Relasi Kuasa dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan 65
visi ke-2 dan visi ke-7 desanya tetap dapat diwujudkan, dan tidak
terlalu terpengaruh oleh hiruk pikuk nasional. Ia berupaya untuk
meningkatkan sumberdaya masyarakat (visi ke-2) dan meningkatkan
produksi pertanian dan peternakan (visi ke-7), agar dinamika sosio-
ekonomi desa dapat “menghidupi” masyarakatnya. Baginya, harus
ada upaya agar masyarakat desa tidak tergiur untuk menjual murah
tenaganya kepada kaum kapitalis di kota-kota besar.
Para petani perlu dicegah agar tidak meninggalkan tanah sawah
dan kebun, serta pekarangannya di desa. Mereka disadarkan, bahwa
tenaganya hanya akan dibayar murah oleh kaum kapitalis di kota-
kota besar, sedangkan tanah mereka di desa membutuhkan tenaga.
Oleh karena itu, transmisi sosial yang terus menerus berlangsung
juga wajib memuat konten, agar petani mampu membangun
perspektif setia pada profesinya di desa. Perspektif ini membantu
petani membedah fenomena sosial, dengan mempelajari fungsi
segenap elemen desa melalui pemaknaan yang berbasis tanah.
Posisi tanah sebagai modal utama usaha tani, menjadi kesadaran
penting yang ada pada diri petani. Kesadaran inilah yang selanjutnya
berkembang menjadi sikap, tindakan, dan perilaku petani. Perilaku
petani yang sadar agraris (sadar bahwa tanah merupakan modal
utama usaha tani) muncul, setelah terjadi seleksi konsekuensi saat
strategi pemilikan tanah belum diberlakukan di Desa Prigelan. Saat
itu pemilik sebagian tanah sawah di desa ini adalah orang-orang dari
luar desa, sehingga petani di desa ini hanya menjadi penonton saat
orang-orang dari luar desa melakukan panen padi atau kedelai.
Pengalaman pernah menjadi “penonton” saat panen di desa
sendiri, memberi dorongan pada petani untuk mendukung
penerapan strategi pertanahan. Berpusat pada tindakan dan
perilaku petani, Pemerintah Desa Prigelan memberi timbal balik
atas dukungan petani, dengan menyalurkan bantuan sebaik-baiknya