Page 78 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 78
Relasi Kuasa dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan 69
pada peningkatan kemampuan sosio-ekonomi Desa Prigelan, untuk
“menghidupi” para petani. Uniknya, hal ini direspon oleh Pemerintah
Desa Prigelan dengan mendistribusi kekuasaan dalam proses yang
berkaitan dengan petani. Hal ini penting, karena kekuasaan yang
dimiliki telah memberi kesempatan pada Pemerintah Desa Prigelan,
untuk menentukan sikap terbaiknya (memperjuangkan visi ke-2 dan
ke-7) dalam suatu tindakan komunal, khususnya yang berkaitan
dengan strategi pertanahan. Boleh jadi hegemoni telah dimiliki oleh
Pemerintah Desa Prigelan dengan menerapkan power over relation,
tetapi untuk mencegah konflik perlu diperlihatkan power to relation,
khususnya dalam memperjuangkan keadilan, kesejahteraan dan
harmoni sosial berbasis tanah, melalui penghormatan atas otonomi
petani.
2. Sebagai Instrumen Pemenuhan Solidaritas
Solidaritas agraris nampak di Desa Prigelan, ketika: Pertama,
para pemilik tanah sawah bersedia menyerahkan hak garap atas
tanah sawah seluas 1/6 (satu per enam) bagian tanah sawah yang
dimilikinya kepada Pemerintah Desa Prigelan. Hak garap ini
selanjutnya didistribusikan kepada petani yang tidak memiliki tanah
sawah, dengan luasan mencapai 60 ubin per kepala keluarga petani.
Hasilnya, 120 kepala keluarga petani di Desa Prigelan yang tidak
memiliki tanah sawah, akhirnya dapat memperoleh hak garap atas
tanah sawah yang luasnya masing-masing 60 ubin.
Solidaritas yang diperlihatkan para pemilik tanah sawah di
desa ini adalah “potret” tentang adanya konsekuensi positif (hidup
nyaman) yang berfungsi sebagai pengendali perilakunya. Selain
itu, solidaritas juga merupakan “potret” tentang adanya stimulus
(hidup dihargai) yang berfungsi sebagai pengarah perilakunya. Oleh
karena itu, bila solidaritas ini ingin dipertahankan terus menerus,