Page 126 - Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah
P. 126
Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah 113
bertambah menarik, karena para wisatawan berada di wilayah
yang asri dan khas dataran tinggi (ketinggian 850-900 meter);
(4) Dusun Kaliadem, yang adem (Bahasa Jawa) atau
dingin/sejuk (Bahasa Indonesia) khas Lereng Merapi. Sebelum
erupsi Gunung Merapi di wilayah ini terdapat sumber mata
air yang cukup besar, yaitu mata air Bebeng, yang mampu
mencukupi kebutuhan hidup masyarakat Dusun Kaliadem,
terutama untuk mengairi areal pertanian. Keadaan berubah
ketika terjadi erupsi Gunung Merapi tanggal 26 Oktober
2010, di mana semua mata air tertutup material gunung api
dan tidak dapat lagi mengeluarkan air. Sejak saat itu, areal
tersebut dijadikan hutan, khususnya hutan rakyat. Kondisi
ini menarik, karena para wisatawan dapat menikmati,
belajar, dan mengalami hal-hal yang berkaitan dengan proses
terjadinya hutan rakyat. Situasi bertambah menarik, karena
para wisatawan berada di wilayah yang sejuk dan khas Lereng
Merapi;
(5) Dusun Jambu, yang memiliki agrowisata, khususnya
pohon jambu. Keindahan dusun ini semakin lengkap dengan
udara yang khas wilayah pegunungan dengan ketinggian
antara 850 m sampai dengan 975 m di atas permukaan
laut, dengan bentuk permukaan tanah bergelombang, dan
kemiringan rata-rata sebesar 8 %, yang mengarah ke Utara-
Selatan. Kondisi ini menarik, karena para wisatawan dapat
menikmati, belajar, dan mengalami hal-hal yang berkaitan
dengan tanaman jambu. Situasi bertambah menarik, karena
para wisatawan berada di wilayah yang khas Lereng Merapi
dengan ketinggian 850 m – 975 m dpl;