Page 100 - Masalah Pertanahan di Indonesia
P. 100

berhak atau kuasanya yang syah, telah dikeluarkan Peraturan Perun-
                dangan Agraria sebagai berikut:

                a.   Undang-undang Darurat No. 8 tahun 1954, tentang Penyelesaian
                     Soal Pemakaian Tanah Perkebunan oleh Rakyat.
                b.   Undang-undang Darurat No.1 tahun 1956, tentang Perubahan
                     dan Tambahan Undang-Undang Darurat No. 8 Tahun 1954.

                c.   Peraturan Penguasa Perang Pusat No. 011 tahun 1958 jo Peraturan
                     Penguasa Perang Pusat No. Prt/Peperpu/041/1959, tentang
                     Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin Pemilik atau Kuasanya.
                d.   Undang-undang No. 51/Prp tahun 1960, tentang Larangan
                     Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak Atau Kuasanya.

                Undang-undang Darurat No. 8 tahun 1954 pada pokoknya menen-
                tukan bahwa  untuk penyelesaian  pemakaian tanah perkebunan
                rakyat, dilakukan dengan mengadakan perundingan antara Gubemur
                atau sesuatu Panitia dengan pihak pengusaha kebun dan rakyat yang
                bersangkutan,  untuk  memperoleh  persetujuan  tentang  penyelesaian
                pemakaian tanah itu (Pasal 2).
                     Jika perundingan tersebut menghasilkan persetujuan, maka
                penyelesaian yang telah disetujui bersama itu dituangkan dalam surat
                keputusan bersama lima Menteri yaitu: Menteri Agraria, Menteri
                Pertanian, Menteri Perekonomian, Menteri Dalam Negeri dan Menteri
                Kehakiman, ditetapkan dalam suatu keputusan bersama (Pasal 5).
                     Akan tetapi apabila perundingan tidak dapat menghasilkan suatu
                persetujuan, maka atas usul Gubemur atau Panitia yang diserahi masalah
                perundingan, penyelesaiannya ditetapkan oleh Menteri Agraria, Menteri
                Pertanian, Menteri Perekonomian, Menteri Dalam Negeri dan Menteri
                Kehakiman, dalam suatu surat keputusan bersama. Di dalam mengambil
                keputusan tersebut di atas harus di perhatikan kepentingan rakyat
                yang bersangkutan, kepentingan penduduk di daerah tempat letaknya
                perkebunan dan kedudukan perusahaan kebun itu dalam perekonomian
                negara pada umumnya (Pasal 6).

                     Terhadap pendudukan tanah yang dilakukan setelah berlakunya


                                            65
   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105