Page 97 - Masalah Pertanahan di Indonesia
P. 97

1.   Pengertian Hak Guna Usaha

                (1)   Hak Guna Usaha
                     Adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung
                     oleh negara untuk:

                     a)   keperluan perusahaan, pertanian, perikanan dan petemakan
                         (pasa1 28 ayat 1).
                     b)   jangka waktu 25 atau 35 tahun dapat diperpanjang dengan
                         waktu 25 tahun (pasal 29).
                     c)   luas minimun 5 Ha, jika luasnya lebih dari 25 Ha, harus mem-
                         pergunakan teknik perusahaan yang baik, modal yang layak
                         (pasal 28 ayat 2). d) dapat beralih/dialihkan (pasal 28 ayat 3).

                     e)   dapat dijadikan jaminan kredit dengan dibebani hak-hak
                         tanggungan (pasal 33).
                (2)   Terjadinya Hak Guna Usaha
                     Hak Guna Usaha terjadi karena penetapan pemerintah (pasal 31)
                     sudah diatur dengan Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria No.
                     11 /1962 tentang ketentuan ketentuan dan syarat-syarat dalam
                     pemberian Hak Guna Usaha kepada Pengusaha-pengusaha Swasta
                     Nasional jo Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria No. 2/64 dan
                     Peraturan bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertanian
                     No. 2/Prt/Dp/8/1969 tentang perubahan PMPA No. 11/62 jo No.
                     2 tahun 1964, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri No.5/1975 jo
                     Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6/1972.

                (3)  Yang dapat menjadi pemegang Hak Guna Usaha
                     a.   Warga negara Indonesia
                     b.  Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
                         berkedudukan di Indonesia (pasal 30).

                (4)   Peralihan hak guna usaha memerlukan izin balik nama dari Instansi
                     yang berwenang dikecualikan dari ketentuan tersebut, warisan
                     tanpa wasiat, pemisahan pusaka serta percampuran harta karena
                     perkawinan (diatur di dalam UU. No.28/56 tentang Pengawasan



                                            62
   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102