Page 44 - Masalah Pertanahan di Indonesia
P. 44

Dalam hubungan dengan ketimpangan-ketimpangan pada laju pertum-
                buhan dan pada tingkat kenaikan pendapatan sebagaimana diutarakan
                secara singkat di atas, haruslah dilihat po1a, arah dan ciri investasi yang
                sering dilakukan oleh pihak golongan pendapatan tinggi yang sebagian
                besar bermukim di lingkungan perkotaan.

                Adapun suatu kecenderungan umum di masyarakat negara-negara
                berkembang, termasuk Indonesia, bahwa sebagian kelebihan daya beli
                (surplus purchasing power) yang ada pada golongan pendapatan tinggi,
                disalurkan sebagai investasi dalam tanah. Daya tarik untuk investasi serupa
                itu memang besar bagi kelebihan pendapatan pada pihak golongan yang
                bersangkutan. Satu sama lain hal itu berkenaan dengan perimbangan
                umum sekitar tersedianya tanah di satu pihak dan permintaan terhadap
                tanah di lain pihak (general relations of supply and demand) seperti yang
                diutarakan di atas.
                Dilihat  dalam  perkembangan masa datang, maka  nilai  harga  tanah
                menunjukkan kecenderungan menaik, sekalipun tanpa penanaman
                modal tambahan sendiri untuk menaikkan kualitas tanah atau tanpa
                pengusahaan di bidang tanah itu sendiri.

            8.  Sensus Pertanian Tahun 1963 mencatat jumlah 7,95 juta orang petani
                (yang memiliki/menguasai 0,l hektar tanah keatas) di Jawa dan Madura
                dengan luas tanah rata-rata 0,71 hektar. Sepuluh tahun kemudian Sensus
                Pertanian Tahun 1973 mencatat jumlah petani meningkat menjadi 8,27
                juta orang yang memiliki/menguasai luas tanah rata-rata 0,60 hektar.
                Jumlah petani bertambah besar tetapi menggarap luas tanah yang rata-
                rata menjadi semakin sempit.
                Dalam periode 1967-1976 jumlah buruh pertanian di Jawa dan Madura
                bertambah dengan 12%, tetapi jumlah pekerja keluarga tani meningkat
                dengan 165%. Sebagian buruh pertanian dan pekerja keluarga tani
                dengan tanah garapan yang semakin sempit itu pada umumnya mencari
                tambahan penghasilan dari luar usaha tani dan/atau menjadi buruh di
                luar sektor pertanian, biasanya di sektor informal.
                Dalam periode 1967-1976 tersebut pertambahan pekerja keluarga
                adalah sebanyak 5 juta orang, sedangkan pertambahan buruh di luar


                                            9
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49