Page 49 - Masalah Pertanahan di Indonesia
P. 49

menjangkau “target groups” itu dialami dalam berbagai program, seperti
                diantaranya di bidang pangan (Program Bimas), Inpres Sekolah Dasar,
                pengaturan dan pengembangan sistem pengairan (saluran tersier dan
                kuarter), pajak tanah (IPEDA), dan sebagainya. Semuanya itu tidak lepas
                dari faktor tanah.

                Misalnya para pemilik atau penguasa tanah luas secara guntai tidak
                selalu berkepentingan untuk ikut dengan program Bimas; ataupun
                justru sebaliknya, merekalah yang dapat manfaat terbesar dari program
                Pemerintah dengan melimpahnya biaya sarana produksi kepada para
                penggarap. Dalam kedua hal tersebut, keadaan tidak menguntungkan
                bagi  perbaikan kedudukan penggarap. Di lain  pihak  petani  pemilik
                yang menggarap sawahnya yang sudah terlalu sempit sering segan untuk
                menanggung biaya sarana produksi dan risiko yang berkaitan dengan
                paket Bimas.
                Kecenderungan-kecenderungan dalam perkembangan keadaan yang
                terungkapkan dalam pasal-pasal di atas menandakan, bahwa UUPA
                dan UUPBH telah mengalami banyak rintangan dan hambatan
                dalam pelaksanaannya. Salah satu sebab ialah karena dalam kenyataan
                terdapat kekaburan, bahkan mungkin pembauran mengenai pemilikan,
                penguasaan dan penggarapan tanah. “Law enforcement” mengalami
                kesulitan dalam mengidentifikasi dengan jelas dan pasti sasaran “target
                groups” yang hendak dituju. UUPA dan UUPBH beserta peraturan-
                peraturan pelaksanaannya, banyak yang juga belum dapat menjangkau
                seluruh wilayah Republik Indonesia dan segenap lapisan masyarakat.

                Lagi pula di banyak daerah hukum adat masih berlaku berdampingan
                dengan perundangan negara, walaupun sudah ada penegasan bahwa
                hukum adat masih dianggap berlaku selama tidak bertentangan dengan
                peraturan perundangan negara R.I. Dalam kenyataan sehari-hari
                hukum adat yang masih dianut oleh lingkungan pergaulan hidup yang
                bersangkutan sulit untuk dikesampingkan dengan begitu saja. Oleh sebab
                itu pengelolaan administrasi tanah yang seharusnya merupakan wahana
                pengawasan dan  pembuktian  tentang  pemilikan, penguasaan dan
                penggarapan tanah juga belum dapat berfungsi sebagaimana diharapkan.


                                            14
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54