Page 55 - Masalah Pertanahan di Indonesia
P. 55
Sewa-menyewa lebih banyak ditemukan antara petani yang agak jauh
hubungan kekeluargaannya, sedangkan sakap-menyakap lebih banyak di
antara petani yang mempunyai hubungan kekeluargaan yang lebih dekat.
Di samping sewa-menyewa antara petani terdapat hubungan sewa-
menyewa antara rakyat dan perusahaan-perusahaan perkebunan yaitu untuk
tanaman-tanaman tebu, tembakau dan rosella. Berdasarkan mutu tanah,
tembakau (untuk cerutu) memerlukan tanah terbaik (di Yogya, Solo dan
Jember), diikuti oleh tanah untuk tanaman tebu dan rosella.
Karena perkembangan penduduk yang cepat maka kebutuhan tanah
untuk tanaman pangan makin menekan dari tahun ke tahun, sehingga
perusahaan-perusahaan perkebunan semakin tidak mudah mendapatkan
tanah persewaan. Lebih-lebih dalam keadaan inflasi tingkat sewa tanah
biasanya cepat ketinggalan, sehingga ada semacam perasaan terpaksa pada
petani untuk menyewakan tanahnya.
Hubungan yang harmonis antara petani dan pabrik-pabrik gula hanya
akan terjadi bila petani menerima jumlah sewa yang sama atau hampir sama
dengan pendapatan yang dapat diperolehnya dari tanaman pangan utamanya
yaitu padi.
Pemanfaatan tanah untuk tebu tidak di semua daerah menimbulkan
persaingan yang meruncing antara petani dan pabrik gula. Sepertinya misalnya
di daerah-daerah tertentu dimana penanaman tebu dapat dilakukan atas sawah
tadah hujan, penghasilan petani dari tebu lebih tinggi daripada dari tanaman
pangan. Sebaliknya, jika petani temyata tidak dapat mencukupi kehidupan
keluarga taninya dari uang sewa pabrik sebagai akibat sewa dalam sistem
glebagan, maka terpaksa ia berusaha atas tanah garapan yang lebih sempit,
6
atau menghentikan kegiatannya bercocok tanam dan berburuh, mungkin
pada pabrik, mungkin juga di luar.
Data penelitian yang dilakukan oleh Survey Agro Ekonomi, menun-
jukkan bahwa pada tahun 1971/72, kurang lebih 96 persen petani dari 85
persen sampel kecamatan menerima uang sewa pabrik yang lebih rendah
dari penghasilan 2 kali panen padi ditambah dengan penghasilan dari sekali
6 Kalau jumlah yang diterima petani selama 16 bulan sewa dalam sistem glebagan
adalah lebih rendah dari hasil produksi padi dua musim dan sekali palawija
20