Page 57 - Masalah Pertanahan di Indonesia
P. 57
kewajiban-kewajiban sosial, sehingga dalam tebasan biasanya orang luar yang
diikutsertakan dalam panen. Hal ini dirasakan oleh masyarakat setempat
sebagai kurang adil, karena tidak mengikuti perasaan adat setempat, walaupun
dilihat dari pandangan pengusaha/penebas pemakaian sabit dapat menekan
biaya dan meningkatkan waktu panen.
Dari beberapa penelitian kasus telah diperoleh gambaran bahwa biaya
panen untuk penguasa hasil produksi padi terutama, semakin meningkat
sebagai akibat bertambahnya penderep yang harus diberi bawon menurut
kebiasaan dan adat setempat. Bertambahnya penderep yang merupakan suatu
gejala yang sulit ditahan karena diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk
cepat menimbulkan masalah sendiri. Di satu pihak lembaga adat darep tidak
dapat dihapuskan dengan mudah, sedangkan di pihak lain peningkatan biaya
pun tidak merangsang petani padi untuk berproduksi.
Gambaran sebagai dikemukakan di atas pada hakikatnya menunjukkan
dengan jelas bahwa masalah penciptaan kesempatan kerja, baik di daerah
pedesaan maupun di sektor bukan pertanian di wilayah perkotaan, tidak dapat
ditunda-tunda lagi.
Dalam mempertimbangkan masuknya teknologi di daerah pedesaan
perlu diperhitungkan secara lebih seksama implikasi-implikasi pengan taran
teknologi tadi; khususnya pemasukan teknologi harus serasi dengan keadaan
setempat agar tidak bertentangan dengan tuntutan-tuntutan akan kesempatan
kerja yang berlaku. Modal “dengkul dan tanah” secara bertahap dapat diganti
dengan jenis teknologi yang bersifat melengkapi. Karena hanya dengan
demikian sambutan petani yang positif dapat diharapkan.
5. Budidaya Tambak.
Pengusaha ikan bandeng dengan berbagai jenis, udang dan ikan rucah (yang
kurang berharga) dewasa ini baru mencakup luas areal yang berkisar sekitar
100.00 hektar di Jawa dan Madura. Namun peranannya menjadi semakin
penting berhubung dengan pemberian kesempatan kerja yang baru, dan juga
untuk program peningkatan gizi rakyat.
Luas rata-rata pemilikan tambak di Jawa dan Madura berkisar sekitar
1.4 hektar di Jawa Tengan dan 3.2 hektar di Jawa Timur. Sampai saat ini
22