Page 73 - Masalah Pertanahan di Indonesia
P. 73

menjadi kabur, sehingga mudah terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam
            pengelolaan tanah Kawasan hutan.

                Penggarapan  tanah-tanah  kehutanan  menyebabkan  tanah  rusak/kritis
            yang terutama terdapat di hulu-hulu sungai besar karena penggarapan liar
            di tanah-tanah kehutanan. Peristiwa banjir besar yang periodik dan semakin
            meningkat, sedimentasi tanah di muara sungai-sungai besar menimbulkan
            masalah dalam rangka  perlindungan  dan kelestarian ekosistem pertanian
            rakyat, perkebunan, dan pemukiman.
                Dalam  rangka  memenuhi  kebutuhan  areal untuk transmigrasi,
            perluasan perkebunan dan lain-lain, sering terjadi pertindihan areal dengan
            HPH mengingat areal cadangan seluas 25 juta hektar telah direncanakan
            penunjukannya untuk HPH Inpres No. 1

                Tahun 1976 mengenai sinkronisasi pelaksanaan tugas keagrariaan di
            bidang  Transmigrasi, Kehutanan, Pertambangan, dan PUTL nampaknya
            belum dapat mengatasi masalah-masalah pertindihan ini secara tuntas.

            H.  TEBASAN
            Akibat pertumbuhan penduduk di Jawa, Madura, dan Bali, tanah pertanian
            sawah menjadi sempit dari tahun ke tahun, dilihat sebagai rata-rata tanah
            garapan. Ini berarti bahwa lebih banyak tenaga kerja harus diberi sebagian dari
            produksi padi, sedangkan volume produksi itu sendiri tidak meningkat secara
            merata.
                Keadaan di daerah pertanian yang terkena Bimas, dengan diberikan sarana
            produksi dan kredit kepada petani sejak 1969, dapat meningkatkan volume
            produksi padi. Dalam pada itu, yang secara khusus lebih dapat memanfaatkan
            sarana tersebut adalah terutama golongan petani yang menguasai luas areal
            sawah dari 0,5 hektar ke atas dengan sistem pengairan teknis yang baik.

                Pada umumnya petani-petani yang menguasai luas tanah garapan yang
            lebih kecil dari setengah hektar, belum dapat memikul risiko dengan menerima
            sarana produksi dalam Paket Bimas. Hal-hal tersebut diatas terungkapkan oleh
            penelitian-penelitian yang dilakukan sejak awal PELITA I.
                Suatu gejala baru yang timbul di beberapa daerah yang telah tercakup
            dalam program Bimas adalah tebasan, yaitu pembelian padi pada saat dekat


                                            38
   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78