Page 176 - Mozaik Rupa Agraria
P. 176
asal Medan adalah korban pedagangan manusia.”. Menurut Arief
Winarko, latar belakang pekerja anak-anak tersebut beragam, ada
yang dari keluarga brkoen home, Drop Out dari sekolah, putus
cinta, dan memenuhi gaya hidup.
Ditemui di kantor Polsek Kretek (27 Februari 2020), Kompol
S. Parmin, Kapolsek Kretek belum mengetahui laporan resmi
keberadaan LC anak-anak dari Polres Bantul karena baru menjabat
3 bulan dan belum melakukan pemeriksaan kembali ke lapangan
baru-baru ini untuk kasus serupa.
Mewakili Kepala Desa Parangtritis yang sedang melakukan
penertiban lanjutan di kawasan Gumuk Pasir, Ilyas, Kepala Seksi
Kesejahteraan Desa Parangtritis juga mengaku tidak memperoleh
aduan warga atau hasil laporan dari Kepolisian, Satpol PP maupun
Dinas Sosial, “operasi kepolisian dan hasilnya itu termasuk
informasi rahasia”, jelasnya (27 Februari 2020).
Karna bercerita, di sekolah ia memperoleh perundungan
akibat pekerjaan ibunya, bahkan ia pernah diusir dari pengajian
oleh temannya.
“Sudah biasa diejek sama anak-anak warga asli dan sesama
pendatang, terakhir dikeroyok sampai masuk rumah sakit, terus
berhenti sekolah,” Karna mengungkapkan alasannya putus
sekolah di kelas 6 SD, menurut ibunya Karna sempat gegar otak
ringan akibat kepalanya dibenturkan ke tembok. Pembedaan
identitas sebagai warga asli atau pendatang sering diterima Karna
dalam pergaulan.
Karna sempat ditawari bekerja sebagai operator karaoke,
tugasnya melayani pelanggan dan kebutuhan LC, baik itu sound
system maupun miras. Namun, Kunti tidak memperbolehkan,
“saya tidak ingin anak saya dekat-dekat dunia itu, apalagi belum
Hak Asasi Manusia dan Agraria 163