Page 177 - Mozaik Rupa Agraria
P. 177
bisa urus orang mabuk, nanti bisa dipukuli. Kalau mau kerja nanti
setelah punya KTP.”
Tanpa segan, Karna mengakui ia sudah terbiasa merokok dan
mengonsumsi miras sejak putus sekolah. “Paling banyak minum
dua botol oplosan, tapi kalau obat atau narkoba belum pernah,
tidak boleh sama emak” ujar remaja yang ingin menjadi sopir itu.
Ia juga sudah tahu risiko jika hubungan badan dilakukan dengan
tidak sehat/aman, meskpun ia belum pernah melakukannya.
Pergaulan dengan orang dewasa membuat Karna banyak tahu. Ia
sering mendapati LC dan pelanggan berpelukan atau berciuman
di depan umum.
Nakula berkisah, semasa SD ia sering mendapati botol-botol
miras yang belum dibuka saat bermain bersama teman-temannya
di sekitar rumahnya. Ia pilih menjauh. Kendati demikian, teman-
temannya bercerita bahwa mereka patungan membeli miras dan
rokok untuk dikonsumsi bersama di malam hari.
“Teman-teman saya cerita bagaimana rasanya merokok dan
minum miras, menurut guru SMP saya miras dapat merusak
kesehatan dan mental, narkoba juga,” kata Nakula.
“Pengeluaran pelanggan untuk miras lebih tinggi daripada
untuk sewa room dan LC, meskipun pelanggan berkaraoke 2 jam.
Miras dicarikan di luar kawasan. Jika terjadi transaksi prostitusi,
itu di luar tanggungjawab pemilik karaoke, tidak ada prostitusi di
sini,” tutur Banowati yang juga mengambil untung dari transaksi
miras.
Kata Karna, harga miras Anggur Rp.100.000 per botol dan AO
Rp. 90.000 per botol. “Itu harga kenalan, kalau bukan kenalan bisa
lebih mahal. Biasanya 4-5 botol per room”, Karna menjelaskan
yang ia ketahui.
164 Mozaik Rupa Agraria: Dari Ekologi Politik hingga Politik Ruang