Page 357 - Mozaik Rupa Agraria
P. 357
Sekantung kapas itu beratnya kecil, berat kok bisa kecil, kan lebih
enak sekantung kapas itu ringan. Mas Dahlan mengenalkan saya
pada istilah ukuran dan satuan-satuannya.
Menurut keterangan Mas Dahlan, bukit-bukit kapur di
kampung saya tidak boleh ditambang, penambangan akan
mematikan sumber-sumber mata air di gua-gua. Jangankan
ditambang, menebangi pohon-pohon di hutan itu saja akan
mengurangi debit air. Ada dua jenis sumber air, ada yang berasal
dari sungai bawah tanah dan ada yang berasal dari tetesan air
dari atap-atap gua. Batu-batu di atap gua lancip-lancip seperti
gigi, bagian lantai gua juga, ada yang menyambung ada yang
masih terpisah. Kata Mas Dahlan, air yang mengandung gamping
menetes lalu mengeras membentuk batu-batu itu. Untuk
membentuk 1 cm dibutuhkan waktu sepuluh tahun, artinya untuk
3
membentuk sebongkah batu 1 m atau 1.000.000 cm dibutuhkan
3
3
waktu selama 10.000.000 tahun! Padahal batu-batu itu lebih dari
1 m Kebanyakan sumber air di gua-gua itu adalah jenis yang ke-
3.
2, makanya sangat tergantung dari penyerapan air hujan. Kalau
pepohonan itu ditebang maka penyerapan air berkurang, akibatnya
lama-lama sumber bisa mengering. Ada lebih dari 100 sumber air
di perbukitan kapur itu, alirannya mengairi empat kabupaten
lintas propinsi. Bukit di sebelah timur sudah habis ditambang,
dataran di bawahnya lalu mengering jadi ladang tadah hujan.
Tanah-tanah kemudian dijual karena tidak lagi menghasilkan
pangan dan pakan. Penduduknya mulai berhenti jadi petani dan
peternak, sialnya tidak terlatih berdagang. Mereka ke luar daerah,
menjadi kuli bangunan atau kerja serabutan lainnya. Mas Dahlan
bercerita, kalau nanti dia berhasil menyusun tugas akhir, maka
persoalan utama kampung ini akan memperoleh pembelaan
dari sudut pandang ilmiah. Tugas akhirnya akan dijadikan acuan
para pengambil keputusan di Semarang atau Jakarta sehingga
memperoleh penyelesaian yang saling menguntungkan. Weleh!
344 Mozaik Rupa Agraria: Dari Ekologi Politik hingga Politik Ruang