Page 106 - MP3EI, Masterplan Percepatan dan Perluasan Krisis Sosial-Ekologis Indonesia
P. 106
96 Di Atas Krisis Sosial-Ekologis Semacam Apa
Megaproyek MP3EI Bekerja?
Berdasarkan peta penyelidikan awal tahun 2001, lokasi yang direncanakan ini juga berada persis pada beberapa sungai
penting di Kabupaten Morowali meliputi Sungai Siumbatu, dan Sungai Padabahu. Dan yang lebih penting adalah posisi Blok
1, selain berbatasan dengan Sulawesi Tenggara, kawasan ini juga berbatasan langsung dengan PT Bintang Delapan Mineral
dan PT Vale. Meskipun demikian, hingga saat ini proses awal perusahaan belum kelihatan sama sekali di lapangan. Bahkan
perusahaan telah membatalkan rencana pengajuan Kontrak Karya karena munculnya Undang-undang Minerba dengan ten-
der Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). IUPK itu diajukan dengan PT Sulawesi Cahaya Mineral sejak dua tahun lalu.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Jero Wacik, telah memberikan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) dengan
nomor 318.K/30/DJB/2010, tertanggal 25 Februari 2010. IUPK langkah paling maju setelah mereka gagal mendapatkan
Kontrak Karya yang telah mulai diusulkan sejak tahun 2003. Pada tanggal 13 Desember 2012, melalui Menteri ESDM, Jero
Wacik diterbitkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 3323 K/30/MEM/2012 tentang Penciutan Wilayah
Izin Usaha Pertambangan PT Cahaya Sulawesi Mineral seluas 6.633 (enam ribu enam ratus tiga puluh tiga) Hektar atau
13,080/0 (tiga belas koma nol delapan persen) dari luas wilayah IUP semula.
Ditetapkannya penciutan wilayah IUP Eksplorasi ini, maka luas wilayah IUP Eksplorasi PT Sulawesi Cahaya Mineral adalah
seluas 50.700 hektar (luas wilayah semula) dikurangi 6.633 Hektar menjadi 44.067 Hektar atau 86,920/0 (delapan puluh
enam koma sembilan puluh dua persen) luas wilayah semula. Hal itu sesuai dengan peta dan daftar koordinat yang diterbit-
kan oleh Seksi Informasi Mineral dan Batubara d/h Unit Pelayanan Informasi Wilayah Pertambangan (UPIWP) dengan Kode
Wilayah 10DCK014. Sejak penetapan ini, maka Sulawesi Cahaya Mineral, sebagai usaha PT Rio Tinto wajib membayar iuran
eksplorasi.
Situasi yang Mendorong Booming Nikel di Morowali
Penemuan 'Nikel Baru' dan Perang Akuisisi Global
Perkembangan bisnis pertambangan dunia hingga saat ini masih terkosentrasi pada segelintir fraksi kapitalis. Dalam ber-
bagai Laporan resmi UNCTAD 2013 menyebutkan, sedikitnya 50 perusahaan terkemuka mengambil peran signifikan baik
dalam pertarungan menentukan harga maupun mata rantai perdagangan nikel. Komposisi partisipasi kebutuhan barang
dagangan dunia sekitar 80 persen dari perdagangan global, melibatkan korporasi transnasional. Sementara itu, perdagangan
barang setengah jadi meningkat sejak tahun 2002. Hal itu didorong oleh tumbuhnya perdagangan dalam kawasan Asia
5
Tenggara dan rencana relokasi industri, dan pada tahun 2011 itu mewakili 40 persen dari perdagangan dunia.
Perusahaan-perusahaan yang mendominasi berbagai macam sektor itu didorong oleh kekuatan imperialis yang terbagi
dalam tiga blok utama perdagangan dunia yakni: pertama, rezim negara Arab baru yang kaya minyak fosil, sebagian besar di
antaranya adalah Negara-negara yang berada di bagian teluk. Mereka bekerja lewat mekanisme Sovereign Wealth Fund
(SWF); Kedua, kekuatan-kekuatan baru yang tengah muncul terdiri dari negara-negara bekas kekaisaran di Asia, terdiri dari
Cina, India, Korea Selatan, Jepang dan juga Israel; Ketiga, kekuatan lainnya adalah negara yang sebelumnya merupakan
kekaisaran (AS dan Eropa), Bank Dunia, Wall Street, serta sejumlah investasi bank lainnya yang juga didukung penuh oleh
berbagai macam perusahaan-perusahaan spekulan keuangan (James Petras, 2008 dan e Research Corporation, 2009).
Khusus pasar pasar nikel, dari tahun 2003 sampai pertengahan 2007 terus menunjukkan kinerja grafik permintaan yang
tinggi. Dari tahun ini, Harga nikel terus meroket ke tingkat rekor hampir 25 dollar AS per lembar. Hal itu dipicu oleh beberapa
peristiwa yang terjadi dalam pasar komoditas: (1) Lambatnya pertumbuhan pasokan nikel, sehingga persediaan nikel turun
tajam. Sehingga nikel pada London Metal Exchange (LME) turun dari 36.000 ton pada januari 2006 sampai di bawah 10.000