Page 110 - MP3EI, Masterplan Percepatan dan Perluasan Krisis Sosial-Ekologis Indonesia
P. 110
100 Di Atas Krisis Sosial-Ekologis Semacam Apa
Megaproyek MP3EI Bekerja?
Tahun Jumlah (ton) Devisa (juta USD) Persentase Grafik
2011 1.534.820 47,576
Tabel 6:
Ekspor Nikel Sulawesi Tengah. 2012 2.927.374 83,205 76 persen
Sumber: Bank Indonesia, 2013.
Sementara itu, nilai ekspor Sulteng hingga pada bulan April 2013 masih didominasi bahan tambang dari wilayah Kabupaten
Morowali. Data BPS tahun 2013 menunjukkan, jika dibandingkan bulan Maret 2013 terjadi peningkatan kenaikan sebesar
71,48 persen, atau naik dari 19,34 juta Dollar AS menjadi 33,16 juta Dollar AS. Selama tahun 2013 (Januri-April, angka
sementara) total ekspor Sulteng sebesar 107,08 juta Dollar AS. Dari jumlah itu sebesar 29,73 juta Dollar AS atau hampir 90
persen adalah komoditi bijih, kerak dan abu logam atau nikel. Pada bulan April 2013 negara tujuan ekspor Sulteng terbesar
adalah China dengan nilai 29,77 juta Dollar AS atau 89,78 persen dari total nilai ekspor. Berdasarkan periode Januari-April,
China tetap menjadi negara tujuan ekspor utama Sulteng, yakni mencapai 88,23 juta Dollar AS. Malaysia berada di urutan
kedua, dengan nilai mencapai 11,74 juta Dollar AS. Menyusul Singapura, Amerika Serikat (Radar Sulteng, edisi 7 Juni 2013).
Para Korporasi 'Penikmat' Booming Nikel Morowali
Dampak dari produksi ruang bagi kebutuhan industri ekstraktif di Morowali telah memberikan tempat pada beberapa
perusahaan ternama. Perusahaan bekerja dalam jaringan internasional yang listing di pasar saham dengan melakukan
akumulasi ruang ekstraktif melalui perluasan sarana perizinan dengan memecah perusahaan. Sementara sebagian lainnya
merupakan pemain utama yang sudah cukup lama menguasai ruang dalam skala yang luas. Di antara perusahaan tersebut
dapat dilhat sebagai berikut.
Babakan baru eksploitasi nikel di Kabupaten Morowali ini berlangsung cepat. Terutama setelah pengusaha-pengusaha
berkebangsaan China terlibat. Kedatangan mereka diawali pada tahun 2008, dari rezim Kuasa Pertambangan (KP) dan terus
berlangsung hingga regim Izin Usaha Pertambangan. Morowali tiba-tiba menjadi magnet bagi modal domestik dan
internasional yang berjejaring dalam rantai perdagangan ore nikel.
Lewat mekanisme perimbangan keuangan daerah dan kewenangan pengelolaan sumber daya alam, telah memberikan
otoritas pada setiap kepala daerah lebih leluasa untuk menerbitkan KP, sebagai implementasi nyata dari konsep otonomi
daerah.
Momen besar itu bertemu dengan terbitnya regulasi baru pertambangan yakni, UU No 4 tahun 2009 Tentang Mineral dan
Batubara yang isinya memberikan otoritas penuh pada Bupati setiap daerah untuk mengeluarkan perizinan tambang. Berikut
ini beberapa perusahaan dengan skala modal yang cukup besar mendominasi ekspor ore nikel dari Kabupten Morowali.
PT. Sulawesi Mining Investment (SMI)
PT Bintang Delapan Mineral (BDM mengantongi izin usaha pertambangan (IUP) bernomor :
SK540.3/SK.001/BESDM/IV/2010, dengan luas wilayah konsesi sebesar 21.695 hektar yang mencakup 9 desa yakni;