Page 124 - MP3EI, Masterplan Percepatan dan Perluasan Krisis Sosial-Ekologis Indonesia
P. 124
114 Di Atas Krisis Sosial-Ekologis Semacam Apa
Megaproyek MP3EI Bekerja?
Dalam proses negosiasi masyarakat diwakili oleh tim 7 dan kepala desa. Akhirnya keputusan pun diambil ganti rugi tanah
jatuh pada 501 KK alas hak (sertifikat dan SKPT) yang tiap hektarnya rata-rata 35 juta rupiah. Tanah yang dibebaskan
adalah lahan Usaha 2 transmigran yang dulu diklaim oleh Vale sebagai wilayah kontrak karya Bahodopi Project. Masya-
rakat bahkan rencana akan direlokasi ke Saembawalati saat itu sehingga lahan itu tidak pernah diolah oleh masyarakat.
Sejak PT CMPP beroperasi, masyarakat sudah kali melakukan boikot berupa pemalangan jalur koridor perusahaan. Masyara-
kat One Pute Jaya kecewa karena perusahaan tidak menepati janji. Perusahaan CMPP menolak memberikan fasilitas pene-
rangan sebagaimana pembicaraan dalam pertemuan pada tanggal 30 Okbtober 2013 yang berlangsung di rumah kepala
desa. Melalui humas perusahaan yang direkrut dari masyarakat One Pute Jaya bernama Mahyudin, perusahaan menolak
memberikan penerangan untuk kedua kalinya karena merasa sudah memberikannya, melalui kepala desa dalam bentuk
uang tunai sebesar 150 juta rupiah kepada kepala desa.
Selain itu, sejak Agustus hingga Oktober 2013, perusahaan juga memberikan bantuan bahan bakar berupa solar pada
masyarakat berjumlah seratus liter per malam. Solar itu dibagi-bagikan pada tujuh mesin genset yang berada di One Pute
Jaya. Jumlah solar yang dibagikan, berdasarkan kapasitas mesin dan kebutuhan kelompok dan komplek aliran listrik masing-
masing. Tapi sayangnya, terjadi kesalahan manajemen pengelolaan solar itu. Salah satu kelompok tani karya makmur,
melakukan pemotongan sekitar 8 liter tiap malam dari jumlah bagian 30 liter sebagai pembiayaan pada pengurus mesin, dan
honor pada kurir yang bekerja merawat mesin. Tetapi, rupanya terjadi kesalahpaman dalam pengelolaan itu banyak pihak
yang merasa kecewa. Masing-masing kelompok tani akhirnya mementingkan kepentingan kelompoknya masing-masing.
Mesin genset itu akhirnya diperebutkan, mesin yang berada di sekitar rumah wakil BPD dicabut oleh kelompok Mekarsari
dan membawanya pada anggota kelompoknya masing-masing.
Janji lain yang belum benar-benar direalisasikan oleh perusahaan adalah rekruitmen tenaga kerja. Hingga kini, masih ter-
dapat 22 orang anak muda desa One Pute Jaya yang menganggur. Mereka telah habis masa putaran kontrak tenaga kerja
yang hanya diberikan waktu tiga bulan, lalu diganti lagi dengan tenaga yang baru.
Sementara itu, pembagian uang kapal yang jumlahnya 5000 per metric ton, atau 5 persen dari total penjualan ore dibagi
pada beberapa desa yang berada dalam lingkaran tambang dengan pembagian sebagai berikut: 2 persen untuk Desa
Bahomete, 2 persen untuk desa One Pute Jaya, dan satu persen untuk Desa Bahomoahi. Besaran nilai uang yang diterima
oleh Desa One Pute Jaya setiap pengapalan adalah lebih dari seratus juta. Tetapi angka ini tidak pernah tetap, karena selalu
berubah-ubah. Masyarakat tidak mengetahui dengan pasti indikator atau mekanisme perhitungan yang digunakan oleh
perusahaan, mereka hanya menerima saja setiap bulannya. Uang itu setelah diberikan pada kepala desa, kemudia dibagikan
pada 254 Kepala Keluarga (KK) dengan pembagian sebagai berikut:
1. Setiap penerimaan uang kapal dipotong sebanyak empat juta rupiah untuk kesejahteraan guru ngaji, Hansip, RT, Kepala
Desa, dan BPD. Masing-masing pihak yang disebutkan sebagai alasan pemotongan ini, mendapatkan uang sebesar
seratus ribu rupiah.
2. Tiap-tiap warga One Pute Jaya mendapatkan uang masing-masing 4 ratusan ribu rupiah per kapal, jika dalam sebulan
terjadi dua kali pengapalan maka, petani One Pute Jaya bisa mendapatkan uang sebesar 800 ribu rupiah perbulannya.
Sejak PT CMPP beroperasi, masyarakat sudah empat kali menerima dana potongan penjualan ore. Namun terjadi perdebatan
di antara pengurus desa terkait dengan mekanisme pemotongan uang kapal. Beberapa anggota BPD berpendapat, setiap pe-