Page 125 - MP3EI, Masterplan Percepatan dan Perluasan Krisis Sosial-Ekologis Indonesia
P. 125
Kondisi Kelas Pekerja di Morowali, Sulawesi Tengah 115
Booming Pertambangan Nikel, Perampasan Tanah dan
motongan atas uang kapal mestinya dibicarakan terlebih dahulu melalui perangkat musyawarah desa. Hal itu bertujuan agar
pemotongan tidak dinilai haram atau tergolong sebagai korupsi. Tetapi seringkali kepala desa mengambil inisiatif sendiri. 17
Sejak proses ganti rugi lahan terjadi, masyarakat transmigran hanya kini hanya mengolah lahan 20 are gandengan
pekarangan, itu pun diolah oleh petani yang sudah cukup berumur. Sebab sebagian besar anak muda kerja sebagai buruh
dalam perusahaan tambang.
Kondisi Kelas Pekerja di Morowali
Pembentukan Kelas Pekerja
Sejak dimekarkan pada tahun 1999, Kabupaten Morowali telah menerbitkan izin pertambangan sebanyak 183 IUP. Jumlah
tersebut merupakan akumulasi dari dua periode penting kepemimpinan di Kabupaten itu. Pada periode Datlin Tamalagi,
termasuk yang tersubur dalam mengeluarkan izin pertambangan. Sedikitnya 120 izin dikeluarkan dari kurang lebih 70
perusahaan yang mencacah diri dalam berbagai nama perusahaan yang berbeda. Periode Anwar Hafid sebagai Bupati,
bertambah menjadi kurang lebih 183 Izin Usaha Pertambangan (IUP). Tetapi dari sekian banyak perusahaan itu, sedikitnya,
hingga tahun 2011 hanya kurang lebih 25 perusahaan yang beroperasi dalam pengerukan. Sisanya, hanya menjadi alat
jualan para broker tambang. Izin tambang menjadi bagian dari komoditas politik di tingkat lokal tercermin melalui planning
pengelolaan sumber daya alam Morowali yang telah diarsir dalam peta perencanaan resmi hingga tahun 2030.
Jumlah penduduk Kabupaten Morowali terus meningkat pasca pemekaran, yang beriringan dengan ledakan investasi tam-
bang nikel. Pada tahun 2006 tercatat 178.328 jiwa, tahun 2007 sebanyak 190.012, sementara tahun 2008 naik menjadi
198.998. Pada tahun 2009, tercatat sebesar 203.864 jiwa. Terus meningkat berdasarkan sensus penduduk pada tahun
2010, sebanyak 206.322 jiwa. Pada Pertengahan tahun 2012 terdapat 53.524 rumah tangga, rata-rata per rumah tangga
terdiri dari 4 jiwa per KK dengan tingkat partisipasi angkatan kerja 2012, sebesar 65,57 persen dari 75,14 persen (Statistik
Morowali, 2013).
Berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah tenaga kerja Morowali dari tahun 2012 SLTA sebanyak 2.865 orang, D1-D3 sebesar
1556 orang dan Sarjana 1.185 orang. Sementara angka putus sekolah masih tinggi cukup yakni tiap 8,16 tahun atau seting-
kat kelas 1 SLTA, telah memilih berhenti sekolah. Pada tahun 2010 angka pengangguran terbuka tercatat 4,87 persen. Angka
ini menurun menjadi 4,63 persen pada tahun 2012. Sisa pencari kerja dari tahun 2011 sekitar 6.620 jiwa. Pencari kerja pa-
da tahun 2012 yang ditambahkan dari tahun lalu sekitar 12.280 orang. Sudah ditempatkan pada tahun 2012 sebanyak 80
orang. Pencari kerja yang belum ditempatkan sebanyak 5.580. Lowongan kerja resmi tahun 2012 sebanyak 80 dan diterima
sebanyak 80 orang (Statistik Morowali, 2013).
Total pencari kerja di Kabupaten Morowali dari tahun ke tahun terus mengalami pembesaran. Pada tahun 2008 sebesar
2.683 orang, pada 2009 5.743, dan 2010 sebanyak 7.382. Kemudian pada tahun 2011 6.620, dan turun pada 2012 menjadi
5.660 orang. Pasar kerja Morowali umumnya mulai bergeser ke pasar kerja tambang. Meskipun demikian, dominasi sektor
pertanian masih tetap yang tertinggi dengan tingkat daya serap sebesar 54,76 persen, menyusul sektor jasa 29,29 persen,
dan sektor manufaktur sebesar 15,95 persen (Statistik Morowali, 2013).
Perluasan modalitas tambang itu beriringan dengan perluasan perkebunan skala besar, mengakibatkan pemisahan secara
tragis petani atas kontrolnya terhadap tanah. Contoh paling aktual adalah Desa Lembobelala Beteleme Kabupaten Morowali.