Page 131 - MP3EI, Masterplan Percepatan dan Perluasan Krisis Sosial-Ekologis Indonesia
P. 131
Kondisi Kelas Pekerja di Morowali, Sulawesi Tengah 121
Booming Pertambangan Nikel, Perampasan Tanah dan
lisan tidak diindahkan, akan mengikut teguran tertulis, dan terakhir surat peringatan. Surat peringatan ini dilakukan dalam
tiga tahap, setelah itu di PHK, atau ada keringanan, misalnya uang cuti dipotong atau pemotongan upah. 21
Setiap kesalahan yang dilakukan pekerja biasanya diikuti oleh surat peringatan. Pelanggaran yang paling dianggap serius
adalah kehadirana. Apabila tenaga kerja bersangkutan tidak hadir selama lima hari berturut-turut, mereka akan segera
diberikan surat peringatan. Tetapi selama ini jarang sekali terjadi pelanggaran berat, hanya beberapa pelanggaran ringan.
Misalnya, beberapa bulan yang lalu terjadi kasus perjudian, si tenaga kerja diberikan sanksi pemecatan tidak langsung, dia
tetap bekerja sampai masa kontraknya habis. Secara keseluruhan upah yang diterima oleh karyawan BDM paling rendah 2
juta rupiah, kecuali 3 bulan pertama satu setengah juta hingga dua juta, upah bagi setiap buruh. Upah paling tinggi adalah
delapan juta, ini bagi status tenaga kerja tetap PT BDM. 22
Outsourcing dan Tingkat Eksploitasi Pekerja
Dalam operasi tambang BDM terdapat dua jenis status tenaga kerja: Tenaga kerja kontrak dan tenaga kerja permananen
(tetap). Untuk karyawan kontrak menggunakan formula 3, 6, 11: tiga kali kontrak enam bulan plus satu tahun. Jadi bagi
pekerja, agar bisa menjadi karyawan tetap (permanen), mereka memerlukan waktu kerja sekitar kurang lebih tiga tahun.
Pola rekruitmen tenaga kerja yang sama juga berlangsung di PT Vale. Status tenaga kerja juga diberlakukan secara berlapis-
lapis. Terutama jenis pekerjaan yang yang melibatkan pihak ketiga (kontraktor) juga menggunakan mekanisme alih daya
(outsourcing). Salah satunya adalah proyek pemagaran untuk lokasi pabrik yang sudah dilakukan sejak April 2013 itu, kini
mulai berjalan. Proyek itu dikerjakan lewat perusahaan subkontraktor, salah satunya adalah CV Dahlia. Perusahaan sub-
kontraktor ini mempekerjakan 25 orang untuk beberapa tahapan pekerjaan yaitu pemagaran, Cutting atau Land Clearing.
Jumlah tenaga kerja itu sudah termasuk di dalamnya dengan pengawas dan mandor setiap helper.
Bagi setiap helper atau buruh kasar itu, diberikan kontrak per hari dengan perhitungan per jam. Untuk helper mendapatkan
upah sebanyak 10 ribu rupiah per jam. Penghasilan itu biasanya bertambah dengan peningkatan waktu kerja, lewat lembur
antara satu hingga satu jam setengah. Namun terdapat waktu-waktu perhitungan yang berbeda, misalnya kalau lembur
pada hari sabtu, upahnya dihitung tiga jam setiap jam lembur yang dikeluarkan. Tetapi gajinya diserahkan setiap bulan per
tanggal 5 waktu gajian. Namun buruh mendapatkan hasil bervariasi antara 2, 3 juga hingga 2,5 juta, sudah termasuk
dengan uang transport enam ribu lima ratus dan uang makan 20 ribu rupiah. Dalam projek PT Vale, uang makan tidak bisa
diambil tunai setiap hari, hanya uang hadir yang diberikan sebesar 10 ribu rupiah.
Untuk masuk kerja sebagai helper syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut: Foto Copy KTP, Foto 3x4 satu
lembar, Chek up kesehatan. Selama ini buruh helper direkrut dari desa sekitar, seperti One Pute Jaya, Dampala dan Lalampu.
Sementara itu, bagi tukang batu upahnya 14 ribu rupiah per jam, dan insentif, besarannya sama dengan yang diterima oleh
helper. Perbedaan keduanya yang terletak pada gaji harian. Bagi pos yang diisi oleh tukang batu yang direkrut adalah orang
berasal dari Desa Bansala dan Bahometefe.
Para pekerja alih daya PT Vale memang tidak memiliki sandaran yang pasti. Tenaga mereka diperlukan sehari karena
tuntutan untuk mendapatkan upah. Sebab jika dalam satu waktu mereka tidak bekerja, artinya mereka tidak bisa
mendapatkan upah. Karena semua perhitungan upah dikakulasi lewat tingkat kehadiran setiap harinya, tanpa upah dasar
yang menjadi ikatan atas status mereka sebagai tenaga kerja. Kondisi itu tergambar sebagai berikut lewat penuturan Azman,
pekerja Kontrak PT Vale: