Page 133 - MP3EI, Masterplan Percepatan dan Perluasan Krisis Sosial-Ekologis Indonesia
P. 133
Booming Pertambangan Nikel, Perampasan Tanah dan
Kondisi Kelas Pekerja di Morowali, Sulawesi Tengah 123
Selain perkara PHK, masalah lain yang perlu digarisbawahi disini adalah nasib buruh alih daya (outsourcing). Setelah
mengatahui hal ini, menjadi sebuah kepantasan apabila orang dimana-mana ramai menolak outsourcing. Contoh yang
paling menyedihkan disini adalah nasib buruh alih daya PT Vale khususnya pada bagian test mining di Blok Bahodopi
Morowali.
Menurut sumber terpercaya dalam perusahaan yang juga pernah menjadi bagian dari cara kerja ini menuturkan, rata-rata
setiap hari para buruh kontrakan dipekerjakan selama 10 jam per-hari. Bahkan bisa lebih dari itu, sementara hitungan upah
mereka terlalu rendah jika dilihat dari segi kualitas hasil dan resiko yang akan dihadapi para buruh. Dalam sehari dihitung 7
jam regular kali 6000 atau setara dengan 42.000 ribu rupiah. Kemudian overtime atau waktu lembur mereka, selama 5,5
jam hanya dikalikan 5.500 rupiah atau setara dengan 30.250 ribu rupiah. Dalam sehari pekerja hanya bisa menghasilkan
72.000 ribu rupiah. Biasanya keseluruhan gaji itu tidak diperoleh bersih atau utuh. Upah pekerja kontrakan ini biasanya
dikumulatifkan dalam satu bulan. Jumlah upah yang mereka terima tidak utuh karena sebagian dikeluarkan untuk berbagai
potongan seperti jamkesmas sebanyak 2 persen dari total upah dan potongan terhadap perusahaan penyedia tenaga kerja.
Jumlah potongan itu terakumulasi dalam daftar potongan gaji mereka (Seputar Rakyat, edisi 2 tahun 2010).
Para buruh kontrak tersebut waktu kerjanya ditentukan hanya 10 bulan setiap sip oleh perusahaan kontraktor, atau
gelombang penyediaan tenaga kerja. PT Vale hanya memberikan pegangan berupa Perjanjian Waktu Kerja Tertentu (PKWT)
yang durasinya hanya 3 bulan. Jadi kalau dapat musim yang berpihak, maka mereka masih akan berkesempatan untuk
bekerja. Tetapi jika lagi “naas” maka mereka akan menjadi bagian dari deretan penganggur.
Penyerapan tenaga kerja PT Vale dalam rencana pembangunan pabrik di Blok Bahodopi sangat kecil jika dibandingkan de-
ngan daya serap PT BDM. Dalam proses produksi PT Vale menyerap puluhan tenaga kerja baik saat konstruksi maupun
operasi produksi. Mereka menggunakan teknologi tinggi dalam pabrik peleburan sehingga hanya sedikit menggunakan tenaga
manusia. Berbeda dengan PT BDM yang menggunakan teknologi Nikel Pig Iron yang diimpor dari China, daya serap tenaga
kerjanya relatif lebih besar.
Jenis Tenaga Kerja Jumlah Karyawan PT Inco Karyawan Kontraktor
Kurang terlatih 0 120
Terlatih-lokal 10 140
Terlatih-asing 10 20
Tabel 7:
Jenis dan jumlah tenaga kerja
Total 20 280 yang dibutuhkan dalam tahap konstruksi.
Sumber: Ka. Andal PT. Inco/Vale, 2008.
Dalam tahap Operasi Produksi hanya memerlukan tenaga kerja yang lebih sedikit dari tahap Konstruksi. Hal ini berarti akan
terjadi pemutusan tenaga kerja kontrak, terutama skil yang tidak dibutuhkan pada tahap produksi.