Page 132 - MP3EI, Masterplan Percepatan dan Perluasan Krisis Sosial-Ekologis Indonesia
P. 132
122 Di Atas Krisis Sosial-Ekologis Semacam Apa
Megaproyek MP3EI Bekerja?
“… Bagi pekerja seperti kami tidak ada istilah gaji basic karena hanya kontrak harian, jika kami tidak masuk
bekerja, kami tidak bisa mendapatkan upah...”
Dalam pengaturan pekerja PT BDM terdapat dua pembagian yaitu operator Driver atau DT keduanya berbeda status pemba-
yaran upah tenaga kerja, yakni jenis reguler dan Tonase. Bagi tenaga kerja Reguler mereka akan dibayar 6000 perjam, jadi
kalau dalam satu hari mereka menerima 42.000. Kemudian ditambahkan dengan uang hadir 12.000 rupiah, gaji pokok 1.2
juta rupiah dan lembur 9000 rupiah perjam, jadi dalam sebulan uang yang dihasilkan paling tinggi 4,6 juta rupiah, sudah
termasuk bonus 10 ribu per tongkang. Setiap kapal induk muatan ore terdiri dari 11 hingga 12 muatan tongkang.
Sementara itu, bagi tenaga kerja status upah tonase, upah mereka dibayarkan sebesar 1.300 rupiah per ton. Waktu kerja
dari jam 7 pagi hingga 11 malam, kalau semua waktu itu dipergunakan maksimal para sopir DT bisa membawa 7-8 kali
muatan (red). Setiap truk isinya 30 ton jadi, sehari buruh bisa menghasilkan 210 ton per hari. Hitungan waktu normal kerja
dalam sebulan hanya 20 hari, belum dihitung kerusakan mobil. Maka dalam setiap bulan buruh bisa mengantongi uang
sebanyak 7-8. Tetapi angka sebesar itu sulit diwujudkan, karena para pekerja harus mengeluarkan tenaga dan dan waktu
yang ekstra. Mereka harus masuk dari jam 6 pagi pulang menjelang tengah malam antara pukul 22.00 hingga 23.00 Wita.
Sebab hanya dengan bersiasat demikian, mereka bisa mencurangi waktu para pekerja yang lain misalnya untuk menghindari
antrian pengisian ore dari ekskavator. 23
Seorang pekerja dari Sulawesi Selatan selama kerja baru sebulan saja ia bisa mendapatkan upah maksimal 7 juta rupiah.
Tetapi dengan angka sebesar itu ia harus rela menahan sakit tulang belakang agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal.
Dari hasil 7 juta rupiah yang ia dapatkan, sebagian dikirim ke kampung sebanyak 4,5 juta, dan 2,5 juta sisanya ia perguna-
kan untuk bayar kos, hutang, dan biaya makan selama sebulan. Menurutnya, uang harus dikirim ke kampung karena kalau
disim-pan sendiri akan cepat habis. Harga makanan sangat mahal, barang-barang yang lain pun juga mahal. Meski telah
bekerja menguras tenaga, jika tak pandai menyimpan uang, hanya sedikit yang bisa tersisa oleh mereka setiap bulannya. 24
Apalagi ketika musim hujan datang, biasanya mereka mendapatkan hasil yang sedikit, hanya bisa mendapatkan uang 3 juta
rupiah. Kondisi sekarang sedikit lebih baik sebelum mereka melakukan aksi mogok buruh hauling, perusahaan hanya mem-
berikan upah 9000 rupiah per jam untuk gaji dasar. Mogok buruh yang berlangsung selama empat hari pada bulan Septem-
ber 2013 itu diikuti oleh mogok seluruh divisi lainnya, mulai dari divisi eksplorasi sampai pada divisi pelabuhan.
Bagi buruh yang sudah berkeluarga memiliki istri dan anak, utang mereka bisa mencapai 2 juta per bulan untuk memenuhi
kebutuhannya. Mereka akan semakin kesulitan jika tidak ada kapal pembeli ore, karena itu artinya lembur juga tidak ada.
Padahal, buruh sangat bergantung pada lembur. Mereka memang harus memaksakan tenaga untuk mencapai target.
Kondisi Pekerja
Pada akhir tahun 2009, Inco memiliki 3.319 orang karyawan yang berlokasi di Sorowako, Makassar, Jakarta, dan lokasi-
lokasi lain sekitar Sulawesi. Angka ini menunjukkan pengurangan 2291 orang dari tahun 2008 sebesar 5.610 buruh karena
diputus hubungan kerja (PHK). Penurunan jumlah ini tidaklah mengherankan, sebab dalam beberapa tahun terakhir Inco
diketahui sedang aktif melakukan rekstruktirisasi agressif dengan alasan optimalisasi kerja untuk maksimalisasi keuntung-
an. Di samping itu, meningkatnya angka PHK ini juga menuai protes baik buruh di Sorowako. Pasalnya, PHK banyak terjadi
pada tenaga kerja lokal terutama yang berada di sekitar kawasan pertambangan Inco.