Page 211 - MP3EI, Masterplan Percepatan dan Perluasan Krisis Sosial-Ekologis Indonesia
P. 211

Relasi Kuasa Pertambangan Mangan  201
                                                                                                                   di Nusa Tenggara Timur



               Ketika ditanya mengenai seperti apa kemakmuran yang didapat waktu itu, Kornelis menjawab dengan uang dari penjualan
               mangan, dia sempat membangun 3 buah rumah dan membeli 5 buah motor yang untungnya masih ada hingga sekarang.
               Kenapa untung?


               Di desa yang sama, ada pula seorang tuan tanah perempuan. Tuan tanah ini disebutkan sebagai salah satu simbol yang
               dibesar-besarkan oleh media sebagai milyuner baru yang sukses akibat bekerja sama dengan tambang mangan. Tetapi
               rupanya, berdasar beberapa wawancara, tuan tanah perempuan ini cukup boros selama masa kegemilangan mangan. Setiap
               hari kerja si tuan tanah adalah membuat pesta dan mentraktir semua pekerjanya dengan minuman dan makanan. Tuan
               tanah juga membangun rumah besar dan membeli sejumlah kendaraan mobil avanza dan truk. Tetapi, suf tuan tanah
               perempuan rupanya ini hanya berumur pendek, akhir tahun 2011. Deposit mangan di lahan si tuan tanah yang diambil
               dengan bantuan alat berat habis. Pasokan uang pun berhenti, tuan tanah perempuan ini terpaksa menjual kembali
               kendaraan-kendaraan dan truknya. Lahan tidak ada yang tersisa. Saat ini, ia hanya bisa gigit jari, dan terlihat seperti orang
               bingung. 9

               Saat ini Desa Supul mulai sepi kembali, menurut Kornelis, harga mangan tinggal Rp 400 per kg. Sementara harga sirih
               pinang satu ikat sudah Rp 2000. Harga mangan bukan tambah naik tetapi turun. Perusahaan bahkan sejak tahun
               pertengahan 2012 sudah menurunkan harga mangan dari penambang manual dari Rp 500 ke Rp 400.

               Menurut Kornelis lagi, dari 20 an tuan tanah, saat ini hanya 3 orang yang masih menggarap batu mangan. Sisanya kembali
               pada situasi semula, bertani.

               Di desa Bakitolas dan juga wilayah Biboki Utara  Timor Tengah Utara, menurut Wilhelmus Oki dan Yoakim Ulu Manehat,
               orang mulai mengenal nilai batu mangan pada tahun 2008. Yoakim bahkan mengingat persis tanggal saat dia bertemu
               dengan orang yang memperkenalkan dia pada batu mangan, 24 Agustus 2008.

               Namun agak berbeda dengan apa yang terjadi di Supul, di Biboki Utara, Yoakim mengajak warga di beberapa desa di Biboki
               Utara untuk mulai mengumpulkan dan menggali batu mangan. Saat itu Yoakim bekerja untuk memenuhi suplai beberapa
               perusahaan yaitu Lintas Raya Grup dan Batavia.

               Katanya, harga mangan di TTU saat itu (2008-2010) cukup tinggi, paling rendah Rp 800 per kg. Bahkan pernah mencapai Rp
               2500 per kg. Saat itu Yoakim bisa mengirim sekitar 7-8 ton per hari ke stockpile di pelabuhan Wini. Yoakim mengambil
               untung Rp 100 rupiah per kg batu mangan.

               Menurutnya, Yoakim pernah bersitegang dengan 'bos' mangan karena 'bos' mangan dari Jakarta ingin menambang
               menggunakan alat berat seluruhnya. Yoakim menolak karena menurutnya meskipun memiliki IUP, sang 'bos' bukanlah pemilik
               tanah. Jika ingin terus menambang, sang 'bos' harus membiarkan para pemilik lahan mengelola sendiri tambangnya dengan
               cara mereka. Jika tidak mangan bisa di'hilang'kan oleh pemilik tanah.

               Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Wilhelmus Oki dari Desa Bakitolas. Bagi Wilhelmus yang dulu pernah bekerja di PT.
               Tiara Utfar Mandiri, pemegang IUP di desa Bakitolas, penambangan terbaik adalah bekerja sama dengan rakyat dan dengan
               cara membeli dari rakyat. Perusahaan bisa menyediakan alat bantu tetapi sebaiknya biarkan rakyat ber'partisipasi' dalam
               menambang.
   206   207   208   209   210   211   212   213   214   215   216