Page 156 - Reforma Agraria (Penyelesaian Mandat Konstitusi)
P. 156

M. Nazir Salim & Westi Utami

            dilanjutkan, karena keduanya sama sebagai obyek TORA sesuai SK No.180
            jo 3154 jo 8716.

                Awal tahun 2018, menteri LHK mengeluarkan lokasi prioritas yang
            akan dijadikan target PPTKH, lalu keluar 159 nama kabupaten/kota dari
            26 provinsi dengan target 1.690.327 hektar. Di KLHK pusat kemudian lahir
            Peta Indikatif yang dikeluarkan oleh Dirjen Planologi berdasarkan
            penafsiran citra dan usulan masing-masing BPKH di daerah bersama
            Dinas Kehutanan Provinsi (komunikasi dengan Zubayr). Dalam menen-
            tukan jumlah kabupaten yang banyak dan target yang cukup besar mem-
            buat KLHK sebagai leader dalam inver mengalami kesulitan, oleh karena
            itu untuk memudahkan akhirnya digunakanlah Peta Indikatif yang
            sebenarnya bukan disusun untuk kebutuhan melakukan inver di daerah.
            Di sinilah letak perubahan dan akhirnya menjadi rancu dalam beberapa
            bagian, sebab inver kemudian di beberapa tempat tumpang tindih dengan
            tanah yang akan dilepaskan untuk objek TORA. Sekalipun semua stake-
            holder bersepakat bahwa yang akan diinver juga bagian dari Objek TORA,
            namun sistem kerja yang berjalan sendiri-sendiri menyebabkan keran-
            cuan dalam menentukan objek dan subjek. Seandainya dari awal inver
            hanya fokus pada lahan pemukiman, Fasum-Fasos, dan lahan garapan,
            maka lebih mudah dalam pembagian kerjanya. Kenyataannya, inver juga
            masuk dalam lahan alokasi 20% yang sudah dianggap dilepaskan dari
            kawasan hutan, dimana lahan tersebut sebagian adalah lahan pemu-
            kiman, Fasum-Fasos, dan lahan garapan masyarakat.

                Semestinya untuk alokasi 20% yang sudah pasti objek dan subjeknya
            tidak lagi perlu dilakukan inver, karena statusnya sudah masuk dalam
            skema realisasi dan sudah dilepaskan, atau jika hendak memudahkan
            maka alokasi 20% tidak perlu masuk dalam Peta Indikatif, melainkan
            dalam peta tersendiri sebagai objek TORA yang sudah dikeluarkan dari
            kawasan hutan. Hal ini tumpang tindih dan terjadi di beberapa tempat,
            seperti di Kalimantan Barat (komunikasi dengan Fisco). Berdasarkan
            pengalaman di Sumatera Selatan, konfirmasi penulis kepada Kepala
            BPKH, dari 6 kabupaten yang diinver, tidak ada lokasi yang masuk dalam
            alokasi 20%, sehingga kemungkinan kasuistis, namun seharusnya hal itu
            tidak terjadi karena alokasi 20% statusnya sudah dilepaskan, bukan lagi


              128
   151   152   153   154   155   156   157   158   159   160   161