Page 157 - Reforma Agraria (Penyelesaian Mandat Konstitusi)
P. 157

Reforma Agraria: Menyelesaikan Mandat Konstitusi

               kawasan hutan. Inver yang kita lakukan di enam kabupaten semuanya
               masih dalam status kawasan hutan (komunikasi dengan Zubayr, 2018).

                   Pada praktiknya di banyak daerah, fokus Tim Inver pada Peta Indika-
               tif sebagaimana termuat dalam SK Revisi II No. 3154/2018 dan revisi III
               No. 8716/2018 yang fokus pada lahan pemukiman, fasum fasos, dan lahan
               garapan masyarakat. Realitas ini merubah beberapa kebijakan dan
               menempatkan ATR/BPN pada posisi sulit untuk mengerjakan lahan-
               lahan yang sudah direncanakan sebagai objek TORA. Idealnya, inver akan
               dilakukan oleh tim setelah masyarakat mengusulkan dengan beberapa
               persyaratan, baru Tim Inver turun untuk melakukan identifikasi. Namun
               faktanya tidak selalu demikian, karena realitas di lapangan, masyarakat
               tidak banyak yang mengajukan. Hal ini bisa dipahami karena waktu
               sosialisasi cukup terbatas dan pemahaman masyarakat belum cukup
               memadai untuk mengusulkan kepada Tim Inver. Menurut BPKH, tidak
               cukup tersedia waktu untuk melakukan kegiatan tersebut disamping juga
               ketersediaan SDM tidak memadai, belum lagi banyak kepala desa yang
               tidak antusias menyambut program PPTKH, sehingga kalau dibiarkan,
               program tersebut tidak berjalan (komunikasi dengan Zubayr). Seha-
               rusnya, di luar skema PPTKH, apa yang ada di Peta Indikatif (alokasi 20%)
               langsung diambil alih oleh ATR/BPN untuk diredistribusikan.

                   Fakta di lapangan, saat itu (November 2018), BPKH dikejar waktu
               untuk menyelesaikan Inver dengan cara jemput bola kepada masyarakat
               untuk mengejar target capaian 2018. Maka, jalan pintas diambil dengan
               menggunakan dasar Peta Indikatif No. 3154/2018 sebagai titik pijaknya,
               karena sistem tidak bekerja secara efektif, sosialisasi tidak maksimal, dan
               banyak kepala desa cenderung pasif sementara masyarakat tidak menge-
               tahui mekanisme pengajuannya. Intinya keterlambatan dari masyarakat
               untuk mengusulkan salah satunya diakibatkan ketiadaannya pendamping
               yang memadai untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat
               terkait tata cara pengusulannya.

                   Apakah yang dilakukan BPKH dan Tim Inver keliru? Tidak juga,
               karena di dalam Peta Indikatif (rujukan utama BPKH dalam Inver)
               memang juga terdapat lahan pemukiman, Fasum-Fasos, dan lahan
               garapan masyarakat, akan tetapi secara ideal bukan demikian yang

                                                                         129
   152   153   154   155   156   157   158   159   160   161   162