Page 198 - Reforma Agraria (Penyelesaian Mandat Konstitusi)
P. 198

M. Nazir Salim & Westi Utami

            tentunya akan lebih cepat dan mudah karena belum melibatkan banyak
            pihak. Namun sebaliknya apabila konflik tenurial tersebut terus menerus
            dibiarkan maka akan banyak pihak-pihak yang masuk untuk mengambil
            keuntungan. Hal ini akan semakin menyulitkan dan memperumit penye-
            lesaian konflik tenurial tersebut (Pidato Gubernur dalam Pembukaan
            Rapat Koordinasi GTRA di Sumatera Selatan 2019).

                Gubernur dalam arahanya mengharapkan melalui pertemuan yang
            dihadiri oleh semua Tim GTRA dan diikuti oleh seluruh perwakilan kabu-
            paten/kota agar segera bekerja secara sistematis. Harapannya, pada tahun
            2019 kabupaten/kota di Sumatera Selatan sudah harus membentuk Tim
            GTRA, sehingga tanggungjawab dan eksekusi terhadap perencanaan,
            monitoring, serta evaluasi program Reforma Agraria dapat terlaksana
            secara efektif dan efisien. Keberadaan GTRA tingkat kabupaten/kota
            merupakan ujung tombak pelaksanaan program Reforma Agraria, karena
            yang mengetahui secara persis kondisi wilayah dan kondisi masyarakat
            adalah kabupaten/kota setempat. Dengan dibentuknya GTRA maka ha-
            rapannya setiap instansi dan lembaga yang terlibat menyiapkan alokasi
            anggaran dan program kerja tahunan guna mendukung pelaksanaan
            Reforma Agraria. Dengan demikian gaung Reforma Agraria tidak hanya
            sebatas wacana dan perencanaan semata, namun pada tataran teknis di
            tingkat bawah sudah disiapkan skema perencanaan dan kelembagaannya.
            Adapun tugas GTRA tingkat kabupaten/kota adalah:

            1.  Mengkoordinasikan penyediaan TORA di tingkat kabupaten/kota;
            2. Memberikan usulan dan rekomendasi tanah-tanah untuk ditegaskan
               sebagai tanah negara sekaligus ditetapkan sebagai TORA;
            3. Melaksanakan penataan penguasaan dan pemilikan TORA;

            4. Mewujudkan kepastian hukum dan legalisasi hak atas TORA;
            5. Melaksanakan Penataan akses;
            6. Melaksanakan integrasi Pelaksanaan Penataan Aset dan Penataan Akses;
            7. Memperkuat kapasitas pelaksanaan Reforma Agraria;

            8. Menyampaikan laporan kepada GTRA  provinsi;
            9. Mengoordinasikan dan memfasilitasi penyelesaian sengketa dan konflik
               Agraria; dan

              170
   193   194   195   196   197   198   199   200   201   202   203