Page 199 - Reforma Agraria (Penyelesaian Mandat Konstitusi)
P. 199

Reforma Agraria: Menyelesaikan Mandat Konstitusi

               10. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan legalisasi aset dan
                  redistribusi tanah.

                   Rapat koordinasi antar instansi dalam Tim GTRA menjadi jalan
               untuk membuka transparansi data, program, capaian, dan mengurai
               permasalahan-permasalahan dalam pelaksanaan Reforma Agraria.
               Kesempatan ini juga menjadi momen untuk meluruhkan kepentingan
               ego sektoral yang selama ini menyulitkan tercapainya target Reforma
               Agraria, sehingga dapat dirumuskan kebijakan bersama dimana tidak
               bersinggungan dengan peraturan perundang-undangan. Penyusunan
               strategi percepatan dan penyelesaian masalah secara bersama-sama juga
               dapat dirumuskan dalam rapat koordinasi. Dalam rapat koordinasi GTRA
               di Sumatera Selatan dihadiri beberapa instansi yakni: ATR/BPN, Peme-
               rintah Daerah, Dinas Transmigrasi, BPKH, dan Dinas Kehutanan Provinsi.
               Kepala BPKH yang berwenang dalam merumuskan dan menentukan tar-
               get sumber TORA (PPTKH) menyampaikan berbagai data capaian kinerja
               serta kendala dalam menentukan target sumber TORA. Berdasarkan hasil
               pemaparan tersebut terdapat ketidaksamaan data dan pelaporan, sehing-
               ga perlu melakukan sinkronisasi data terlebih dahulu untuk membangun
               persepsi yang sama. Harapannya, ke depan setiap instansi dapat meru-
               muskan kebijakan untuk menindaklanjuti program dan target Reforma
               Agraria yang sudah ditetapkan (Rapat Koordinasi GTRA 2019).
                   Sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Perpres No. 86 Tahun 2018 tentang
               Reforma Agraria menjelaskan bahwa sumber tanah yang dapat dialoka-
               sikan untuk program Reforma Agraria meliputi: 1. Tanah HGU dan HGB
               yang telah habis masa berlakunya; 2. Tanah yang diperoleh dari kewajiban
               pemegang HGU untuk menyerahkan paling sedikit 20% baik pemberian
               maupun perpanjangan atau pembaharuan hak; 3. Tanah yang berasal dari
               pelepasan kawasan hutan negara dan/atau hasil perubahan batas kawasan
               hutan; 4. Tanah Negara bekas tanah terlantar; 5. Tanah hasil penyelesaian
               sengketa dan konflik agraria; 6. Tanah bekas tambang yang berada di
               luar kawasan hutan; 7. Tanah timbul; 8. Tanah yang memenuhi persya-
               ratan penguatan hak rakyat: tanah yang dihibahkan oleh perusahaan,
               tanah hasil konsolidasi yang subjeknya memenuhi kriteria Reforma
               Agraria, tanah sisa atau tanah sumbangan yang telah disepakati untuk

                                                                         171
   194   195   196   197   198   199   200   201   202   203   204