Page 200 - Reforma Agraria (Penyelesaian Mandat Konstitusi)
P. 200

M. Nazir Salim & Westi Utami

            diberikan kepada pemerintah sebagai TORA; 9. Tanah bekas hak erpacht,
            partikelir, dan tanah bekas eigendom yang luasnya lebih dari sepuluh
            bauw yang masih tersedia dan memenuhi ketentuan perundang-
            undangan; 10. Tanah kelebihan maksimum, absentee, dan tanah swapraja/
            bekas swapraja yang masih tersedia dan memenuhi ketentuan perun-
            dang-undangan sebagai objek TORA.

                Jika dibandingkan dengan Pasal 1 PP No. 224/1961, tanah objek RA
            hanya ada empat (tanah kelebihan maksimum sesuai UU No. 56 Prp
            Tahun 1960, tanah absentee, swapraja dan bekas swapraja, dan tanah
            negara). Perpres No. 86/2018 kemudian memperluas menjadi 10-15 objek
            yang bisa dibagikan kepada masyarakat. Namun demikian, tidak terlalu
            signifikan perbedaannya jika diteliti lebih jauh, karena secara garis besar,
            tanah objek RA hanya meliputi tanah absentee, swapraja, kelebihan mak-
            simum, dan tanah negara. Intinya berkisar pada empat objek tersebut
            yang kemudian Perpres No. 86/2018 mencoba mengembangkan varian-
            variannya.


            B. Sumber TORA non Kehutanan

                Proses penyelesaian sumber Tanah Obyek Reforma Agraria yang
            berasal dari kawasan non-kehutanan jauh lebih sederhana jika diban-
            dingkan dengan sumber TORA yang berasal dari kawasan kehutanan.
            Meskipun demikian, dalam melakukan inventarisasi terhadap sumber-
            sumber tanah untuk TORA dari kawasan non-kehutanan juga ditemukan
            berbagai kendala dan permasalahan. Uraian berikut ini akan membahas
            terkait beberapa sumber TORA non Kawasan hutan berdasarkan hasil
            kajian yang dilakukan di Sumatera Selatan, termasuk problem dan
            tantangannya.


            1. HGU/HGB Habis yang tidak Diperpanjang

                Penguasaan tanah HGU (Yusuf & Ekowati 2010)  secara massif dan
                                                           2


                2  Kebijakan pembukaan izin HGU secara besar-besaran terjadi sejalan dengan
            perubahan kebijakan sentralisasi menjadi desentralisasi. Kondisi ini mengubah
            kebijakan setiap daerah untuk menggali sumber-sumber kekayaan untuk pengem-

              172
   195   196   197   198   199   200   201   202   203   204   205