Page 206 - Reforma Agraria (Penyelesaian Mandat Konstitusi)
P. 206

M. Nazir Salim & Westi Utami

            gang HGU akan lebih mematuhi dan mengoptimalkan lahan HGU karena
            ketika diajukan proses perpanjangan tentunya akan dilakukan kajian
            penelitian oleh Panitia B (Pasal 1 Ayat 11) dan apabila terbukti tanah yang
            dimohon perpanjangan jangka waktu Hak Guna Usaha terdapat peng-
            gunaan, pemanfaatan, dan penguasaan tanah yang tidak sesuai dengan
            tujuan pemberian haknya, maka terhadap tanah dimaksud harus
            dikeluarkan (enclave) dari bidang tanah yang dimohon (Pasal 33).

                Melalui skema yang diatur dalam Permen ATR/BPN No. 7/2017 ini
            harapannya penguasaan tanah-tanah HGU dapat dikontrol oleh
            pemerintah. Penertiban terhadap penggunaan dan pemanfaatan lahan
            juga akan lebih terkontrol dan terpantau dengan baik. Pihak perusahaan
            juga akan melakukan upaya penggunaan dan pemanfaatan tanah sesuai
            dengan SK pemberian HGU baik perpanjangan ataupun pembaharuan
            hak. Peraturan ini juga lebih mudah bagi ATR/BPN untuk pemantauan
            dan pembatasan masa HGU apabila terbukti perusahaan melakukan
            tindakan yang tidak sesuai dengan peraturan dan SK yang telah ditetap-
            kan. Di sisi lain, upaya penertiban tanah terlantar juga lebih mudah
            dilakukan, karena Pasal 31 dan 35 menyebutkan bahwa perpanjangan
            ataupun pembaharuan HGU dapat dilakukan oleh perusahaan sepanjang
            tanahnya tidak termasuk dalam database tanah terindikasi terlantar.
            Peraturan ini juga mengatur secara tegas kepada pemegang HGU, apabila
            tanah HGU yang dimiliki sedang dalam perkara di lembaga peradilan,
            dan terdapat sita atau blokir/status quo maka terhadap tanah tersebut
            tidak akan diberikan perpanjangan ataupun pembaharuan hak.


            2. Penyediaan Lahan 20% untuk Masyarakat dari Pemberian,
               Perpanjangan, dan Pembaharuan HGU

                Konflik perkebunan merupakan konflik tertinggi dengan cakupan
            lahan yang sangat luas yakni mencapai 194.453,27 hektar dan terjadi di
            berbagai lokasi di Indonesia. Konflik terkait perkebunan di Indonesia
            memiliki trend yang terus meningkat terbukti pada tahun 2017 dari hasil
            kajian yang dilakukan KPA menunjukkan jumlah konflik perkebunan
            mencapai 208 kasus yang mencapai angka 32% dari total konflik (KPA
            2017). Pada tahun 2018 kembali perkebunan menempati posisi tertinggi

              178
   201   202   203   204   205   206   207   208   209   210   211