Page 72 - Reforma Agraria (Penyelesaian Mandat Konstitusi)
P. 72

M. Nazir Salim & Westi Utami

                Setelah Kementerian Kehutanan dan Pertanian undur diri dan tidak
            terlibat dalam proses-proses pembentukan kebijakan RA, Joyo Winoto
            terus memperkenalkan isu RA ke publik dengan dukungan birokrasi
            (BPN). Secara sadar Joyo Winoto tidak berada di pihak yang tepat karena
            mesin birokrasi tidak sepenuhnya diyakini atau dipercaya dan mampu
            menggerakkan RA, oleh karena itu upaya mencari dukungan pihak lain
            menjadi penting, salah satunya scholar aktivis dan NGO yang memiliki
            konsentrasi isu RA (Rachman 2017). Joyo Winoto kemudian juga mem-
            populerkan konsep RA dengan istilah yang baru, aset+akses yang diilha-
            mi dari Hernando de Soto. Ia mengkampanyekan “Reforma agraria adalah
            land reform dalam kerangka mandat konstitusi, politik, dan undang-
            undang untuk mewujudkan keadilan dalam Penguasaan, Pemilikan,
            Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah (P4T) plus access reform” (Winoto
            2007, 777), yang ia kembangkan dari gagasan de Soto (Soto 2001).
                Joyo Winoto meyakini konsep yang dikembangkan oleh Hernando
            de Soto mampu menarik minat banyak pihak untuk memberikan
            perhatian lebih, dan terbukti konsep de Soto cukup di-address oleh SBY,
            dan kemudian mengundangnya dalam rapat kabinet resmi untuk mem-
            presentasikan gagasannya. Intinya aset+akses adalah bagaimana
            menggerakkan aset yang dimiliki oleh masyarakat agar bergerak dengan
            terlebih dahulu diberikan title (sertipikat) agar mampu digerakkan untuk
            akes modal, salah satunya adalah ke bank. Dengan adanya title atau serti-
            pikat, maka masyarakat punya kesempatan untuk menggerakkan asetnya
            ke pasar dengan menyuntik modal agar bisa berdaya guna. Soto berang-
            gapan, orang miskin di berbagai dunia bukan karna tidak memiliki aset,
            melainkan mereka rata-rata memiliki aset berkali lipat, namun tidak
            efektif. Realitias ini menurut Soto terjadi dibanyak negara miskin, bahkan
            di Haiti, negara yang paling miskin di Amerika Latin, total nilai aset dari
            orang miskin adalah 150 kali lebih besar dari seluruh investasi asing yang
            pernah masuk di negara tersebut sejak merdeka dari Perancis tahun 1804
            (Soto 2001, 6). Jadi, de Soto meyakini sebagaimana diyakini juga oleh Joyo
            Winoto, kemiskinan itu terjadi karena tidak efektifnya aset dan sistem
            yang bekerja di lapangan. Konsep Soto ini kemudian dipopulerkan oleh
            Joyo Winoto, dan program sertipikasi tanah secara massal meningkat


              44
   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77