Page 77 - Reforma Agraria (Penyelesaian Mandat Konstitusi)
P. 77

Reforma Agraria: Menyelesaikan Mandat Konstitusi

               penataan struktur penguasaan yang revolusioner dengan adil sebagai-
               mana diyakini oleh Sukarno dalam pidato-pidato menjelang disahkannya
               UUPA, “melaksanakan Landreform merupakan bagian mutlak dari
               revolusi Indonesia” (Salim, Widiyatmoko, Suhattanto 2014, 61).

                   Berangkat dari pendefinisian yang longgar terhadap praktik kebi-
               jakan RA, naiknya Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai presiden dianggap
               menguntungkan bagi aktivis, pemerhati, dan pihak-pihak yang peduli
               pada persoalan agraria serta masih memiliki harapan akan perubahan.
               Salah satu yang menjadi perhatian banyak pihak selain kelembagaan
               adalah persoalan konflik agraria yang semakin meluas dan ketimpangan
               penguasaan tanah. Dua isu terakhir ini sebagai bagian dari isu agraria
               yang tidak bisa dipisahkan. Persoalan kelembagaan dibidang agraria telah
               dituntaskah oleh Jokowi-JK begitu terpilih sebagai presiden, dengan
               merubah nomenklatur BPN menjadi kementerian. Selama ini sering
               diperdebatkan tentang kelembagaan agraria yang harus mengurusi
               banyak persoalan namun hanya setingkat kepala badan. Naiknya Jokowi
               menjawab tuntutan banyak pihak agar Kementerian ATR/BPN mampu
               berkiprah lebih jauh karena “bajunya telah dibesarkan”. Dengan menjadi
               kementerian, kedudukan Kementerian ATR/BPN tidak lagi dipandang
               lebih rendah oleh kementerian lain yang mengurusi tanah, utamanya
               Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup.

                   Sementara persoalan real yang dihadapi petani pada tahun itu masih
               sama dengan tahun-tahun sebelumnya, yakni ketimpangan lahan bagi
               landless, petani miskin, dan buruh tani. Harapannya, naiknya Jokowi yang
               didukung oleh petani, masyarakat adat, dan sebagian scholar aktivis mam-
               pu menuntaskan secara perlahan persoalan tersebut, setidaknya mengu-
               rangi keresahan petani dan intelektual yang melihat kesenjangan perso-
               alan lahan. Bagi sebagian pihak, Korsorsium Pembaharuan Agraria (KPA),
               Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), dan NGO lainnya, penye-
               lesaian konflik harus menjadi prioritas dengan cara menjalankan RA. KPA
               dengan konsep RA by leverage mengusulkan berbagai skema di antaranya
               dengan program Lokasi Prioritas Reforma Agraria (LPRA). KPA meng-
               inginkan negara hadir sebagaimana janji Jokowi dalam Nawacita, agar
               mampu menyentuh persoalan dasar petani di daerah, khususnya wilayah-


                                                                         49
   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82