Page 124 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 124

M. Nazir Salim, Trisnanti Widi R, Diah Retno W.

                        tanah di Indonesia sebagaimana disitir dalam Pasal 5 dan
                        perencanaan  pengaturan  lebih  lanjut  sebagaimana
                        dijelaskan dalam Pasal 22.
                            Jika  dicermati  secara  lebih  detail,  isu  landreform
                        begitu kuat ketika UUPA diundangkan, karena dukungan
                        dari berbagai pihak terus disuarakan, terutama kelompok
                        kiri  (sosial-komunis).  Landreform  adalah  program
                        Kementerian Agraria yang dianggap paling mendesak dan
                        harus segera dijalankan. Tidak lama setelah UUPA terbit,
                        semua  peraturan terkait  landreform diterbitkan untuk
                        mendukung  jalannya  pelaksanaan landreform.  Lewat
                        Keppres  No. 131  tahun 1961,  lembaga atau  kepanitiaan
                        landreform telah dibentuk dari pusat sampai tingkat desa.
                        Begitu juga terkait hak atas tanah dalam rangka mencipta-
                        kan status hak dan kepastian hukum, maka diterbitkan
                        berbagai peraturan untuk mendukung jalannya pendaf-

                        taran hak, di antaranya PP No. 10 Tahun 1961 dan aturan
                        teknis lainnya seperti PMNA  No. 8 Tahun 1961, PMNA
                        No. 4 Tahun 1961, dan peraturan lainnya. Sementara satu-
                        satunya  isu  yang  mengalami  persoalan  adalah  pem-
                        bangunan hukum adat dalam konteks infrastruktur  hu-
                        kum yang akan digunakan sebagai pijakan pelaksanaan
                        dalam mengatur hukum adat tentang tanah yang berlaku
                        secara nasional. Terkait hak adat  inilah yang  kemudian
                        “gagal” dibangun aturan hukumnya sebagai model untuk
                        mengatur  tanah-tanah di  Indonesia, khususnya  tanah
                        yang dikelola oleh masyarakat adat.
                            Pertanyaannya,  mengapa  peraturan  pemerintah
                        terkait hukum adat untuk mengatur  tanah  masyarakat

                         88
   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129