Page 136 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 136

M. Nazir Salim, Trisnanti Widi R, Diah Retno W.

                        periode 1948-1960 (Salim et al., 2014), penulis telah mem-
                        bahas beberapa langkah pasca UUPA disahkan, termasuk
                        menata  kelembagaan agraria  hingga menjalankan misi
                        UUPA. Secara ringkas kajian tentang perjalanan  UUPA
                        pasca ditetapkan  tahun  1960 kemudian  negara  mem-
                        bangun  perangkat hukum  kelembagaan dalam  rangka
                        menjalankan landreform. Salah satu poin penting yang
                        dijalankan oleh Kementerian Agraria adalah melaksana-
                        kan misi UUPA sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan
                        Pasal 10, yakni mempraktikkan landreform di Indonesia
                        untuk mengatasi kesulitan sandang pangan dan ekonomi
                        keuangan (Surachman,  1964).  Dalam  pidato  Sukarno
                        menjelang  UUPA ditetapkan,  ia dengan tegas dan se-
                        mangat  menyinggung  tentang  rencana  ditetapkannya
                        UUPA sekaligus membakar  semangat warga.  Baginya,
                        UUPA adalah landreform, UUPA adalah semangat mem-
                        bangun bangsa secara mandiri dan memperkuat petani
                        Indonesia.


                            “.... Landreform di satu fihak berarti penghapusan segala hak-
                            hak asing dan konsesi-konsesi kolonial atas tanah, dan mengakhiri
                            penghisapan feodal secara  berangsur-angsur, di  lain  fihak
                            Landreform berarti memperkuat dan memperluas pemilikan
                            tanah untuk seluruh Rakyat Indonesia terutama kaum tani. Dan
                            Rancangan Undang-undang Pokok Agraria berkata: tanah tidak
                            boleh menjadi alat penghisapan, apalagi penghisapan dari modal
                            asing terhadap Rakyat Indonesia. Karena itu harus dihapuskan
                            “hak eigendom”, “wet-wet agraris” bikinan Belanda, “Domeinver-
                            klaring”, dan lain sebagainya.
                            Kalau nanti  Rancangan Undang-undang  ini telah  menjadi
                            Undang-undang, maka telah maju selangkah lagilah kita di atas

                         100
   131   132   133   134   135   136   137   138   139   140   141