Page 269 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 269

Politik Kelembagaan Agraria Indonesia

                             pensertifikatan tanah di daerah-daerah yang pengu-
                             asaan tanahnya terkena landreform baik untuk tanah-
                             tanah  yang masih  menjadi hak  bekas pemilik  lama
                             maupun yang telah distribusikan kepada para  peng-
                             garap;
                          2. Ditetapkan secara mengelompok untuk daerah-daerah
                             tertinggal;
                          3. Ditetapkan di daerah yang tanahnya mempunyai po-
                             tensi produksi bahan pokok yang cukup untuk dikem-
                             bangkan;

                          4. Ditetapkan secara berkelompok, untuk pensertifikatan
                             tanah-tanah yang berpenduduk padat dan mempunyai
                             potensi yang cukup besar untuk dikembangkan;
                          5. Dipilih  lokasi mengenai tanah-tanah sengketa  yang
                             bersifat strategis dan dapat diselesaikan secara tuntas.
                              Tujuan PRONA sebagaimana tertuang dalam petun-
                          juk teknis tentang PRONA antara lain sebagai berikut:

                          1. Memberikan rangsangan kepada masyarakat khusus-
                             nya pemegang hak atas tanah, untuk bersedia membuat
                             sertifikat atas hak yang dimilikinya tersebut;
                          2. Menumbuhkan kesadaran hukum masyarakat dalam
                             bidang pertanahan;

                          3. Membantu pemerintah dalam hal menciptakan suatu
                             suasana kehidupan masyarakat yang aman dan  ten-
                             tram;
                          4. Menumbuhkan partisipasi masyarakat, khususnya pe-
                             milik tanah dalam menciptakan stabilitas politik serta
                             pembangunan di bidang ekonomi;

                                                                             233
   264   265   266   267   268   269   270   271   272   273   274