Page 163 - Transformasi Masyarakat Indonesia dan Historiografi Indonesia Modern
P. 163

Djoko Suryo

                  ini, mengenai kepala daerah dan wakil kepala daerah tidak
                  diatur secara eksplisit. Pasal 1 (1) menegaskan daerah yang
                  meliputi daerah Kesultanan Yogyakarta dan daerah Paku
                  Alam ditetapkan menjadi Daerah Istimewa Yogyakarta;
                  (2) Daerah Istimewa Yogyakarta adalah setingkat provinsi.
               5. Sultan Hamengku Buwono IX dan Paku Alam VIII menjadi
                  Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta dari 1945
                  hingga wafatnya 1998.
            B. Peristiwa Perjuangan Masyarakat Daerah Istimewa Yogya-
               karta dalam ikut serta mempertahan Negara Republik Indo-
               nesia yang baru diproklamasikan dari Agresi Belanda dan
               tantangan dari dalam negeri sendiri serta ikut serta dalam
               proses pembangunan Bangsa dan Negara Republik Indone-
               sia secara luas. Segi-segi historis yang penting untuk disimak
               dalam hubungan ini antara lain sebagai berikut.
               1. Yogyakarta menjadi Ibukota Republik Indonesia (1945-
                  1950) dan menjadi Kota Revolusi atau Kota Perjuangan
                  (1945-1949). Peristiwa ini adalah sangat historis dan pen-
                  ting untuk dicatat. Beberapa bulan setelah proklamasi (17-
                  8-1945),  Jakarta sebagai Ibu Kota R.I yang pertama, menjadi
                  tidak aman karena terancam akan serbuan tentara Belanda
                  yang telah mendarat  di pantai Jawa Barat yang tidak jauh
                  dari Jakarta. Sultan Hamengku Buwono IX menawarkan
                  kepada pemerintah pusat  untuk memindahkan ibu kota
                  R.I ke Yogyakarta. Pemerintah Pusat menerima tawaran
                  tersebut, sehingga pada awal 1946 Ibu Kota R.I. berpindah
                  ke Kota Yogyakarta. Sejak itu Yogyakarta menjadi Ibukota
                  dan Pusat Pemerintahan Republik Indonesia. Patut dicatat
                  dan direnungkan kembali bahwa pada saat terjadinya per-
                  pindahan pemerintahan R.I. tersebut, sesungguhnya peme-
                  rintahan R.I pada waktu itu masih sangat lemah dalam
                  segala segi, termasuk segi perekonomian dan keuangan
                  negara. Bisa dimaklumi bahwa penyediaan ruang dan tem-
                  pat gedung, peralatan serta sarana perkantoran pemerin-

            142
   158   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168