Page 57 - Transformasi Masyarakat Indonesia dan Historiografi Indonesia Modern
P. 57
Djoko Suryo
menulis teori keruntuhan Barat sesudah Perang Dunia I, yaitu
yang menggambarkan dunia Eropa hancur karena peperangan
tersebut, maka Fukuyama juga menyusun teori berakhirnya
Sejarah masyarakat dunia setelah Perang Dingin berakhir, dan
kedua-duanya banyak ditentang oleh berbagai pihak. Adapun
sebelumnya Spengler sendiri sesungguhnya telah dipengaruhi
oleh pandangan filsafat organisisme dari Goethe, pesimisme
dari Schopenhauer, vitalisme dari Nietsche, dekadensi dari Jacob
Burdkhardt, dan prediksi keruntuhan peradaban Barat dari Vil-
fredo Pareto. Demikian juga Huntington yang melacak 7 sam-
14
pai 8 peradaban dunia yang tinggi sebagai pusat kekuatan politik
sesungguhnya hanya meneruskan dan berpangkal dari perspek-
tif kajian yang telah dilakukan baik oleh Spengler maupun oleh
Toynbee. Baik Fukuyama maupun Spengler pada dasarnya meru-
pakan pencerminan dari anak jaman yang menginterpretasikan
kecenderungan jamannya masing-masing tercermin melalui
perspektif sejarah siklis (cakra manggilingan, Jawa) dan pesimis,
yang berbeda dengan perspektif sejarah linear-progresif-positif
dan optimis, seperti yang tercermin dalam pandangan M.J.A.
Condorcet (1743-1793), Auguste Comte (1798-1857), dan W.W.
Rostow (lahir 1916).
Berbeda dengan pandangan yang melihat masa depan su-
ram, Condorcet melihat masa depan dengan pandangan yang
cerah. Menurut Condorcet sejarah bergerak ke masa datang
menuju ke arah kemajuan (progress), perdamaian (peace), kesera-
sian (harmony), dan kebahagiaan (happiness). Tahap akhir kema-
15
juan yang diperlukan untuk kemajuan seterusnya, menurutnya,
adalah kebebasan (liberty), persamaan (equality), pemerintahan
yang telah dicerahkan (enlightened government), harta kekayaan
(property) dan perdamaian (peace). Bersama dengan Turgot, pan-
14 Ernst Breisach, Historiography. Ancient, Medieval & Modern (Chicago
& London: University of Chicago Press, 1983), hlm. 396-397.
15 Ibid., hlm. 272.
36