Page 61 - Transformasi Masyarakat Indonesia dan Historiografi Indonesia Modern
P. 61

Djoko Suryo

            integratif. Bukan secara kebetulan bahwa lambang Burung Garu-
            da dengan Motto “Bhineka Tunggal ika” yang berarti “Berbeda-
            beda  tetapi tetap satu” (Diversity in Unity), dipilih sebagai lam-
            bang negara, karena sesungguhnya motto itu mencerminkan
            hasrat dan keinginan kuat Bangsa Indonesia untuk mencapai
            kesatuan (unity), baik oleh para pemimpinnya maupun oleh selu-
            ruh lapisan masyarakatnya. Mengingat motto tersebut diambil
            dari jaman Majapahit, maka dapat ditafsirkan bahwa konsep
            kesatuan dalam keragaman pada hakekatnya telah berakar dan
            menjadi gagasan/ide besar dalam masyarakat nusantara. Sem-
            boyan ideologis tersebut juga dapat ditafsirkan sebagai rumusan
            harapan (hope) dan sekaligus menjadi “daya tarik” (pull) perju-
            angan untuk mewujudkan gagasan kesatuan masyarakat pada
            masa datang (future), atas “dorogan” (push) realitas kemajemu-
            kan masyarakat pada masa lampau.
                Salah satu segi yang menarik dalam perjalanan sejarah bang-
            sa Indonesia ialah adanya kecenderungan interaksi dinamis
            antara faktor-faktor “ke-bhinekaan” (diversity) dan “ketung-
            galan” (unity) yang bergerak secara linear dan berkesinam-
            bungan menuju ke arah proses integrasi. Proses integrasi yang
            pada hakekatnya berlangsung  dalam masa yang panjang, yaitu
            dari masa lampau hingga masa kini, secara dinamis juga diikuti
            dengan proses ketegangan, konflik, perang, revolusi dan disin-
            tegrasi serta krisis. Kita dapat menyimak, bahwa proses integ-
            rasi politik, ekonomi, sosial dan kultural, yang berlangsung dari
            tingkat lokal ke supra lokal atau nasional dan sebaliknya, demi-
            kian juga dari skala parokial ke entitas dan dari etnisitas ke
            nation, pada umumnya ditandai dengan timbulnya gejala kon-
            flik dan disintegrasi parokial dan lokal.
                Secara historis dapat disimak bahwa proses pertumbuhan
            pusat-pusat dinamika sejarah (historical centers) di kawasan
            Nusantara, yang bergerak dari tingkat lokal kearah supra lokal
            atau nasional, secara prosesual telah membawa akibat terjadinya
            proses integrasi spasial dan kultural. Demikian pula proses

            40
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66