Page 100 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 100

88    Tri Chandra Aprianto


            dengan tradisi pesantren yang menekankan penghormatan terhadap
            kyai. Kyai adalah  pemilik  otoritas  tertinggi dalam  kehidupan
            keseharian  di Pesantren. Kendati tinggal di pesantren, namun  kyai
            ini merupakan  salah  satu  agen  dalam  struktur  sosial-politik  dan




            ekonomi.   Pesantren   daerah   mampu   warna dalam
                    134
            dinamika kehidupan sosial, politik, dan ekonomi.
                Demikianlah, dalam  membincangkan  masyarakat  perkebunan






              wilayah Jember tidak bisa meninggalkan keberadaan pesantr
            sebagai salah satu unsur yang memperkuat keberadaan masyarakat
            perkebunan  itu  sendiri. Pemahaman  ini sangat  penting untuk
            menjelaskan  partisipasi masyarakat  perkebunan  dalam  memaknai
            upaya  penataan  ulang atas  sumber-sumber  agraria  yang lebih
            adil. Dimana pada setiap periode politik agraria dinamika internal
            masyarakat  perkebunan  harus  menghadapi situasi politik, aktor,
            dan  struktur  politik  dari luar, termasuk  berbagai konsepsi tentang
            bagaimana menata ulang sumber-sumber agraria. Hingga terjadinya
            peristiwa pertengahan tahun 1960 yang banyak kalangan menilai isu
            utamanya adalah propaganda land  reform, dimana kalangan santri
            terlibat dalam kekerasan politik saat itu. 135



            E. Kesimpulan

                Penyebutan  Jember  yang dilekatkan  pada  produk  perkebunan
            yang mendunia  dapat  ditelusuri sejak  era  kolonial. Nama  Jember
            dalam perspektif  k  adalah satu kawasan y  bany





            tanah  kosong  serta  moeras  (rawa-raw  dan
            penduduknya   sedikit. Setidaknya  dengan  perspektif  tersebut,
            masyarakat lokal pertama-tama telah dikaburkan oleh adanya satu

            134  Lihat Abdurrahman Wahid, ‘Pesantren Sebagai Subkultural’, dalam M.
                Dawan Rahardo (ed.), Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta: LP3ES,
                1974), hlm. 46-7.
            135  Masyarakat  perkebunan  dan  dinamika  politik  agraria  pada  setiap
                periode politik dibahas pada bab-bab selanjutnya.
   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105