Page 140 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 140

128   Tri Chandra Aprianto


            sebenarnya adalah permainan dari pemerintah kolonial, walaupun
            menggunakan  pengusaha  swasta  untuk  menghadirkan  struktur
            agraria baru di wilayah perkebunan.
                Pada  periode  ini kuasa  agrarianya  menjadi sangat  menyempit
            dan  berpokok  semata-mata  pada  penyelenggara  negara. Tidak
            ada  kekuatan  borjuis  mandiri yang digunakan  untuk  memainkan
            kuasa agraria seperti sebelumnya. Penyempitan sampai pada batas-

            batas lahan yang tersedia, pengurangan jenis tanaman perkebunan
            (namun  ditambah  tanaman  spesiik  untuk  kepentingan  politik

            perang), pengurangan produksi tanaman perkebunan, serta secara
            otomatis  pula  meruntuhkan  hubungan  sistem  ekonomi kolonial.
            Peranan penyelenggara negara sangat dominan, karena betul-betul
            menjalankan kepentingan negara untuk ekonomi perang.
                Oleh  sebab  itu, dalam  periode  ini perkebunan  menjadi  ranah
            yang diperebutkan oleh berbagai kepentingan yang berbeda dengan
            sebelumnya, yang hanya  berpusat  pada  masyarakat  perkebungan

            dengan  pihak  perusahaan  perkebunan. Periode  ini hadir  suatu
            kekuatan  politik  baru  dengan  unsur  pemaksanya  yang dalam




            waktu sekejap mampu memporak-porandakan struktur agr





            sebelumny  Struktur agraria sebelumnya khususnya   wilay
            perkebunan hanya terdapat campur tangan pihak sw






            pada  periode  ini keterlibatan  penyelenggara  negara  langsung
            dalam  menangani lahan-lahan  perkebunan. Penyelenggara  negara
            melakukan intervensi secara langsung dalam proses produksinya dan
            menentukan semua prosesnya. Keterlibatan masyarakat perkebunan
            dalam proses produksi tidak lagi berhadapan dengan administratur
            perusahaan, tapi langsung dengan kepanjangan tangan negara.
                Apakah ini menjadi lebih mudah bagi masyarakat perkebunan
            untuk  melakukan  penataan  ulang atas  sumber-sumber  agraria
            y  lebih   Karena masyarakat perkebunan




            “berkomunikasi” dengan   pihak  penyelenggara  negara  dalam
            pengelolaan  sumber-sumber  agraria  di perkebunan. Pada  masa
   135   136   137   138   139   140   141   142   143   144   145