Page 146 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 146
134 Tri Chandra Aprianto
subsistensi sehari-hari seperti padi, jagung, dan ketela, serta mulai
membudidayakan tanaman perkebunan guna kebutuhan pasar
bawah menunjukkan beberapaAktivitas masyar
perkebunan pada tahun-tahun aw kemer
Pada area perkebunan Ketajek, masyarakat yang selama ini
berkaitan langsung dengan keberadaan perkebunan tersebut mulai
berinisiatif membenahi tanah-tanah yang diterlantarkan dan segala
kerusakan akibat perombakan struktur agraria oleh pemerintah
Jepang. Masyarakat perkebunan mulai menggarap tanah-tanah
dengan sangat leluasa. Para penggarap tanah-tanah perkebunan
Ketajek tersebut adalah masyarakat berasal dari desa Pakis dan
Suci, Kecamatan Panti. Kedua desa tersebut berada di sekitar
keberadaan tanah perkebunan tersebut. Selain itu mereka juga mulai
mendirikan perkampungan dengan berbagai sarana penunjangnya
seperti perumahan, mushola, kuburan, dan infrastruktur pedesaan
lainnya seperti jalan desa dan pasar, serta perangkat desa. Guna
pemenuhan kebutuhan subsistensinya masyarakat perkebunan di
wilayah Ketajek tersebut menanam ber tanaman
seperti singkong dan jagung. Selain itu masyarakat perkebunan di
wilayah tersebut juga melanjutkan budidaya tanaman perk
keras seperti kopi, kakao, kelapa, dan durian. 3 Berbagai tanaman
perkebunan jenis membutuhkan jangka waktu
pengolahannya, berbeda dengan tembakau.
Begitu juga di hamparan areal perkebunan tembakau di daerah
Jenggawah, sebuah wilayah yang sebelumnya berdasar hak erfpacht
dikuasai oleh perusahaan perkebunan tembakau swasta NV. LMOD.
Masyarakat di daerah tersebut mulai memanfaatkan tanah-tanah
tersebut dengan menanami berbagai tanaman pangan seperti padi,
3 Data ini berasal dari Laporan Forum Solidaritas Petani Tapal Kuda,
(Tidak diter bab konlik Ketajek melaw
Perusahaan Perkebunan Daerah. Data juga didapatkan dari hasil
wawancara dengan Jenggawah selama kurun waktu Maret-
Juni 2004.