Page 151 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 151
Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan 139
Jember adalah konferensi besar-besaran PKI Jawa Timur di Jember
pada tanggal 8 Februari 1946. 17
Aktivitas masyarakat perkebunan Jember dalam organisasi
kemasyarakatan yang lain adalah Sarekat Tani Islam Indonesia
(STII). Organisasi tani ini banyak menerima anggota BTI yang
tidak sepaham dengan garis organisasinya. Organisasi tani Islam
didirikan pada tahun 1 dan ber pada Masyum
organisasi yang berbasis pada masyarakat tani yang berlandaskan
pada cita-cita Islam. Organisasi pada tahun 1954 semakin
memperkuat keberadaannya di daerah-daerah perkebunan, seperti
di Gunung Gambir, Tanah Merah, Karang Anom, Zelandia, Tugu
Sari, Keputren (Durjo), dan beberapa di daerah selatan seperti di
W Wonow Glantangan hingga Bande Alit. 18
Secara perlahan tata kelola di perkebunan mulai berjalan.
Hancurnya kondisi perkebunan, tidak saja terjadi pada tanamannya
tetapi juga bangunan-bangunan, berbagai instalasi dan mesin-
mesin pabrik akibat selama pendudukan pemerintah Jepang, tidak
mudah bagi masyarakat perkebunan guna mengelolanya kembali.
Bersama-sama pihak pemerintah masyarakat perkebunan mulai
mengelola budidaya tanaman perkebunan, baik itu tembakau, kopi,
karet dan lain-lain pada lahan perkebunan tersebut dengan sistem
maro. Keuntungan dibagi sama antara masyarakat perkebunan
sebagai penggarap dan pihak pemerintah. 19 Sistem ini dianggap
sebagai jalan tengah dari masalah kepemilikan lahan perkebunan
yang merupakan milik masyarakat. Di samping itu masyarakat
perkebunan sendiri masih bisa mengelola tanaman pangan.
Anderson, Revolusi Pemoeda, Pendudukan Jepang dan Perlawanan di
Jawa 1944-1946 (Jakarta: Sinar Harapan, 1988), hlm. 287.
17 laporan Antara yang dimuat tanggal 11, 12 dan tanggal 16 Februari 1946.
18 Wawancara dengan KH Mursyid pada tanggal 2 Februari 2002.
19 Laporan Djawatan Penerangan Republik Indonesia Propinsi Djawa
Timur, Propinsi, hlm. 328.