Page 259 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 259
Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan 247
manakala kontestasi dalam diri masyarakat perkebunan sendiri
tidak lagi tunggal akibat dari penetrasi partai politik sejak paruh
pertama 1950-an. Akibat selanjutnya, pedesaan-pedesaan di
sekitar perkebunan wilayah frontier terancam konlik y
bernuansa kekerasan politik. Pada titik ini isu yang berkembang
sudah tidak lagi berkisar pada permasalahan penataan sumber-
sumber agraria yang lebih adil.
Secara nyata pada tahun-tahun 1963-1964, Jawa Timur menjadi
wilayah terbesar di Pulau Jawa yang menjadi arena konlik antar
berbagai kekuatan politik di masyarakat. Berbagai konlik tersebut
di wilayah-wilayah pedesaan, beberapa diantaranya tidak hanya
antara pengikut PNI melawan pengikut PKI, tetapi juga konlik PKI
dengan petani miskinnya melawan kekuatan muslim dari kalangan
21
NU dan Masyumi.
Setidaknya ada beberapa catatan sejarah mengenai ketegangan
antara Islam dan Komunis di Indonesia. Pada tahun 1920-an adanya
perbedaan pendapat tentang Pan Islamisme antara pihak komintern
dan Tan Malaka. Begitu juga pada Kongres Asia Pasiik Partai
Komunis di Kotagede, Yogyakarta (1924) terjadi ketegangan antara
Komunis dengan Islam, khususnya Muhammadiyah. 22 Tampaknya
ketegangan keduanya semakin tajam, kemudian terjadi gerakan
23
Front Anti Komunis pada tahun 1954. Kemudian pada tahun 1957
terdapat Muktamar Ulama di Palembang, ada 350 Ulama yang
hadir dan merekomendasikan haram komunisme di Indonesia.
Kendati begitu tidak semua ulama setuju dengan rekomendasi
t karena Majelis Ulama wa Al-Tholabah
21 Wawancara, Mohammad Yasir, tanggal 27 April 2001.
22 Lihat Mitsuo Nakamura, Bulan Sabit Muncul di Balik Pohon Beringin
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1983), hlm. 77-84.
23 Untuk detailnya lihat Umar Hasyim, Mencari Ulama Pewaris Nabi,
Selayang Pandang Sejarah Ulama (Surabaya: Bina Ilmu, 1998), hlm.
249-50.