Page 261 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 261

Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan  249


                  30
              1955.  Di tingkat pemerintahan di Jember, sebelumnya anggota PKI
              tidak ada yang menjadi wakil rakyat. Setelah pemilu 1955 tersebut
              PKI mendapatkan 4 kursi, sementara NU 14 kursi, PNI 7 kursi dan
              Masyumi  3  kursi.  Begitu  juga  untuk  Dewan  Pemerintah  Daerah
              terdapat  seorang  wakil  dari  PKI.  Tentu  saja  perbincangan  politik
              pada  tahun-tahun  selanjutnya  lebih  kental  mewarnai  kehidupan
              masyarakat perkebunan.

                  Masyarakat perkebunan tidak lagi membicarakan permasalahan
              penguasaan tanah-tanah perkebunan tembakau dan kenaikan upah
              untuk kesejahteraan buruh perkebunan. Justru sudah bergeser, secara
              tiba-tiba  PKI dan  onderbouw-nya  melakukan  gerakan  aksi sepihak
              di kampung-kampung, padahal masyarakat   di Kalisat  kepemilikan
              lahannya  tidak  ada  yang mencapai kelebihan. 31  Aksi-aksi ofensif
              dijalankan oleh PKI dan onderbouw-nya  sangat  menggetarkan  hati
              masyarakat pedesaan di Jember yang secara sosiologis masih kental
              tradisi patron klien-nya.

                  Masyarakat  perkebunan  pada  tahun-tahun  itu  begitu  kental




              warna politikny  Dalam setiap perkebunan   Jember ter

              beberapa  serikat  buruhnya, seperti Sarbupri, Sarbumusi, Keluarga



              Buruh Marhaen   dan Persatuan Karyawan Perk


              (Perkapen). 32  Kendati dimasing-masing perkebunan    terdapat
              organisasi buruh, namun  terdapat  beberapa  perkebunan, dimana
              terdapat  dominasi satu  organisasi buruh  perkebunan. untuk
              perkebunan  di Kalisanen  didominasi oleh  KBM. Sementara  untuk
              perkebunan   di Curahtakir  merupakan   basis  dari Sarbumusi.
              Sedangkan  perkebunan  Curahnongko  dan  Kotta  Blater  didominasi
              oleh Sarbupri. Setidaknya secara organisasi Sarbupri mendominasi




                                                     .
              30  M. C. Ricklef. Sejarah Indonesia Modern Yogyakarta: Gajah  Mada
                  University, 1998), hlm. 377.
              31   Wawancara Bunasin, 9 Januari 2002

              32  Wawancara Sumargo, tanggal 1 dan 2 Juni 2004.
   256   257   258   259   260   261   262   263   264   265   266