Page 262 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 262

250   Tri Chandra Aprianto


            di perkebunan di wilayah selatan. 33
                Berbagai  konlik yang  terjadi  saat  itu  karena  ter(di)picu  oleh
            pelaksanaan agenda landreform yang merujuk pada UUPA 1960 dan
            mengacu  pada  Undang-undang Pokok  Bagi Hasil (UUPBH). 34  PKI
            dan berbagai organisasi sosial politik seperti BTI, Sarbupri, dan lain-
            lain  yang pada  periode  1950-an  sangat  gencar  mendukung upaya
            masyarakat perkebunan guna menguasai dan mengelola lahan-lahan

            perkebunan, sebagaimana disebutkan pada bab-bab terdahulu.
                Pada  paruh  awal  1960  ini  mereka  semakin  gencar  menuntut
            pelaksanaan  landreform  guna  dilakukan  dengan  segera. Tidak
            saja dari BTI dan Sarbupri, kader-kader dari organisasi non petani
            dituntut mendukung percepatan pelaksanaan landreform tersebut.
            Seorang kader Pemuda Rakyat dari wilayah Kota Jember mengakui
            sering dikirim oleh partainya untuk mendukung gerakan percepatan
            pelaksanaan landreform, yang kemudian dikenal dengan nama aksi
            sepihak.  Aksi sepihak ini merupakan wujud kekecewaan dari PKI
                   35


            33  Wawancara Sumargo, tanggal 1 dan 2 Juni 2004.

            34  Pemerintah  sendiri pernah  melakukan  beberapa  landreform  dalam





                skala k    penghapusan hak istimewa desa perdikan   Banyumas




                Jawa Tengah dengan mengacu pada   No  1  tahun 1



                membagikan tanah kepada petani yang tidak bertanah dari lahan yang
                selama  ini dikuasai oleh  40 perusahaan  gula  Belanda  di Kesultanan
                Yogyakarta dan Surakarta yang mengacu pada UU Darurat No, 13 tahun
                1948. Lihat Selo Sumardjan, ‘Landreform di Indonesia’, dalam Sediono
                Tjondronegoro  dan  Gunawan  Wiradi  (eds.),  Dua  Abad  Penguasaan
                Tanah: Pola Penguasaan Tanah di Jawa dari Masa ke Masa, (Jakarta: PT
                Gramedia, 1984), hlm. 103-5.
            35  Masalah  aksi sepihak  tersebut  mendapat  kritik  tajam  dari Harian
                Merdeka  yang terbit  pada  tanggal 13 Juni 1964, yang menyatakan
                penyesalan  aksi sepihak  yang malah  menyengsarakan  petani-petani
                kecil. Namun  Harian  Rakyat  pada  tangal 16 Juni 1964 di kolom
                Tajuk Rencana  mendukung penuh  perjuangan  kaum  tani. Masalah
                keenganan tuan tanah ini dapat juga dilihat pada Margo L Lyon, ‘Dasar-
                Dasar Konlik di Daerah Pedesaan Jawa’, dalam Sediono Tjondronegoro
                dan  Gunawan  Wiradi  (eds.),  Dua  Abad  Penguasaan  Tanah:  Pola
                Penguasaan Tanah di Jawa dari Masa ke Masa , (Jakarta: PT Gramedia,
                1984), hlm. 199.
   257   258   259   260   261   262   263   264   265   266   267