Page 267 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 267

Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan  255


              besaran dan pembakaran lori dalam rangka tuntutan kenaikan upah
              buruh. Akan tetapi bila jumlah pendukung dari aksi sepihak yang
              tinggal di suatu  daerah  tersebut  sedikit, hanya  ditimbulkan  gejala
              revolusionernya saja. Kendati begitu, ada beberapa tokoh PKI yang
              tanahnya  melebihi batas  maksimum  kepemilikan  tanah, namun
                                                                   51
              tidak mengalami “teror” dari para pendukung aksi sepihak.  Bahkan
              di Jember terdapat seorang elite PKI yang dikenal oleh masyarakat
              sekitar sebagai orang yang memiliki tanah sangat luas. 52

                  Tentu saja tindakan yang sangat provokatif tersebut melahirkan
              perlawanan dari kalangan yang kontra terhadap aksi sepihak. Diawali

              dengan tindakan pematokan lahan pertanian milik tuan tanah oleh
              sekelompok orang yang pro aksi sepihak. Tidak hanya pemilik lahan,
              suasana di Desa Semboro menjadi tegang akibat tindakan tersebut.
              Akan tetapi berkat dukungan dari masyarakat dari kalangan PNI dan
              Anshor, pemilik lahan mencabuti patok-patok bambu yang dipasang
              oleh anggota BTI. Pasang dan cabut patok itu menjadi pemicu bagi
              perkelahian massal antar kekuatan yang pro dan kontra aksi sepihak,
                                                            53
              dan menyebabkan kematian seorang anggota BTI.  Kematian salah
              seorang anggota BTI tersebut, kemudian dijadikan alasan oleh PKI
              dan  BTI Jember  untuk  menuntut  Pemerintah  Daerah  Jember  guna




              menjadikan kader tersebut   pahlawan landref
              itu PKI dan BTI menginginkan adanya prosesi penguburan jenasah
              dilaksanakan secara formal, sebelum dibawa ke makam kerandanya
              harus  dibalut  dengan  bendera  merah  putih. Tuntutan  tersebut
              tidak  saja  mendapat  tentangan  keras  dari kalangan  kontra  aksi
              sepihak, tetapi juga  ditolak  mentah-mentah  oleh  Bupati Jember,




              51   Lihat Utrecht, ‘Landreform in Indonesia’, dalam Bulletin  of  Indonesia
                  Economic Studies, 1969, hlm. 71-88.
              52  Wawancara  Mohammad  Yasir,  tanggal  27  April  2001,  Wawancara
                  Kusdari,10 Juni 2004.
              53  Rex Mortimer, ‘Class, Social Cleveage and Indonesian Communism’ in
                  Indonesia, No. 8, Oktober 1969, hlm. 18.
   262   263   264   265   266   267   268   269   270   271   272