Page 268 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 268

256   Tri Chandra Aprianto



                                                      54
            yang didukung  oleh  kekuatan  Front  Nasional.   Konlik k






            semakin cepat menyebar ke ber  daerah pedesaan   Jawa.  55
                Akibatny  bentrokan isik antara kelompok y




            dan  yang menolak, tidak  bisa  dielakkan  di daerah  pedesaan,



            terutama   pr  y  padat pendudukny      Jawa







              Bentrokan isik antara dua kekuatan politik tersebut
            diakibatkan oleh kepentingan ideologi, tetapi lebih dilatarbelakangi
            oleh kepentingan ekonomi, khususnya pemanfaatan dan penguasaan
            sumber  daya  agraria. Dukungan  dari partai politik  secara  nyata
            dibelakang masing-masing kekuatan  politik  yang sedang bertikai,
            memang tidak bisa dihindari menimbulkan kesan adanya bentrokan
            yang berlandaskan  ideologi.  Kalau  untuk  ini barangkali mayoritas
            masyarakat perkebunan yang pendidikannya masih belum memadai
            kala  itu, sehingga  belum  dapat  dianggap  telah  ada  kesadaran
            ideologi. Pada  akhirnya  hanya  partai politik  yang cukup  peka  dan
            mereka  menganggap  perjuangan  untuk  kepentingan  masyarakat
            perkebunan maka partai itulah yang mereka dukung. 56
                Aksi sepihak merupakan gerakan yang dilancarkan dengan sarana
            organisasi yang telah  mantap, kepemimpinan  yang kuat, mobilisasi
            revolusioner  dan  tujuan  politik  yang modern, serta  berkaitan  erat
            dengan  kebijakan  politik  di tingkat  nasional. Gerakan  aksi sepihak
            yang dilakukan oleh PKI dan BTI terhadap para tuan tanah di berbagai
            pedesaan di Jawa Timur bukanlah gerakan yang tidak berpola atau tidak
            bertujuan, semacam riot atau mobs (huru hara) yang itu sekedar protes
            akibat  kemiskinan  belaka, melainkan  suatu  gerakan  yang terprogram



            54  Tri Chandra Aprianto, Kekerasan dan Politik Ingatan, hlm. 42.
            55  Lihat  pada  Rex  Mortimer, Indonesia Communism Under Soekarno:
                Ideology and Politics 1959-1965 (Ithaca: Cornell University Press, 1974),
                hlm. 309-328. Lihat juga pada Gerrit Huizer, ‘Peasant Mobilisation and
                Land Reform in Indonesia’, Review of Indonesian and Malayan Afairs,
                Vol 8, No. 1, 1974, hlm. 125.
            56  Tjondronegoro, Sediono  M.P., Sosiologi Agraria Kumpulan  Tulisan
                Terpilih (Bandung: AKATIGA, 1999), hlm. 9.
   263   264   265   266   267   268   269   270   271   272   273