Page 274 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 274

262   Tri Chandra Aprianto


            atas nama organisasi politik. Implikasinya perjuangan tersebut lebur
            dalam  agenda  partai politik. Pertarungan  yang terjadi kemudian
            tidak lagi berdasar atas persolan redistribusi tanah pertanian yang
            dikuasai oleh para tuan tanah dan pembagian hasil pertanian yang
            memenuhi rasa keadilan petani penggarap. Apa yang terjadi sudah
            mengarah  pada  pertarungan  pemaknaan  atas  simbol-simbol yang
            berdasar  atas  altruistik  kelompoknya, dimana  semua  tindakan
            diletakkan pada makna partisan atas sejarah kelompok. 73

                Apabila  ditelisik  lebih  jauh, pada  dasarnya  yang terjadi
            sebenarnya  adalah   bermakna   sama-sama    melakukan   aksi
            sepihak. Kalangan  tuan  tanah  juga  telah  melakukan  gerakan  aksi
            sepihak  karena  memprovokasi dan  menghalang-halangi jalannya
            proses  pelaksanaan  agenda  landreform. 74  Ditambah  lagi oleh
            ketidaksabaran  PKI dalam  melihat  pelaksanaan  UUPA  1960 yang
            berjalan lamban, yang itu kemudian diperkeruh oleh berkembangnya
            politisasi atas  keberadaan  pelaksanaan  agenda  landreform  itu



              Pada akhirnya y  t  adalah konlik y  berdarah-

            darah. 75  Pada  titik  ini sebenarnya  yang terjadi adalah  kedua  belah
            pihak  dapat  dikatakan  melakukan  aksi sepihak, karena  sebagian
            besar  yang terjadi tanpa  menghiraukan  prosedur  formal. Mereka
            malah  menghindari keputusan  panitia  landreform, dan  pada  level

            tertentu  bertentangan  dengan  hasil panitia  landreform. 76  Belum
            lagi kelambatan pembentukan panitia landreform di tingkat daerah,
            akibat  dari perebutan  kepanitiaan  oleh  partai politik  yang ingin
            memasukkan kadernya dalam kepanitiaan tersebut.
                Oleh  sebab  itu  terdapat  tiga  kelemahan  pokok  mengapa  hal



            itu t    pemerintah masih membutuhkan waktu


            73  Tri Chandra Aprianto, Kekerasan dan Politik Ingatan, hlm. 40-1.
            74  Margo L Lyon, Dasar-Dasar Konlik , hlm. 207-8.
            75  Ernst Utrecht, Landreform in Indonesia, hlm. 82-9.
            76  Noer Fauzi, Petani dan Penguasa, hlm. 123.
   269   270   271   272   273   274   275   276   277   278   279