Page 68 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 68

56    Tri Chandra Aprianto


                Bagi kalangan opkoper yang tidak memiliki struktur organisasi
            usaha  yang jelas, tentu  membutuhkan   “kekuatan” baru  yang
            dapat  mendukung tidak  saja  proses  usahanya, tapi juga  pengaruh
            masyarakat. Dari kalangan  opkoper  inilah  kemudian  melahirkan
            kelompok pedagang perantara (borgen) atau lebih tepatnya disebut
            sebagai pedagang pengumpul atau  yang dalam  istilah  masyarakat
                                         58
            Madura disebut dengan bandols,  atau dalam istilah umum disebut
            tengkulak. 59  Biasanya  pekerjaan  ini dilakukan  oleh  orang-orang
            keturunan  Cina  yang telah  bermukim  di daerah  distrik  Jember, di
            mana  mereka  pada  umumnya  selain  membuka  usaha  perdagangn,
            terdapat pula yang menjadi pedagang pengumpul yang bekerja sama
            dengan pengusaha Belanda. 60

                Pedagang pengumpul ini kadang kala  juga  memiliki sebidang
                                                                        61
            tanah untuk ditanami tanaman perkebunan, khususnya tembakau.
            Untuk menjadi pedang pengumpul (tengkulak) tidak cukup hanya
            mengerti kualitas  tanaman  tembakau, tapi juga  pandai berdagang
            dan memiliki kepercayaan yang tinggi dari pengusaha perkebunan.
            Di samping itu, pada  saat  panen  pedagang perantara  ini membeli
            tembakau-tembakau   dari masyarakat   petani yang juga   pada
            musim  tanam  tanahnya  ditanami tembakau. Hasil pembelian  dari
            petani tersebut dipilah berdasar atas kualitas hasil panen. Kualitas

            terbaiklah  yang kemudian  disetorkan  pada  pengusaha  besar, dan
            pada  akhirnya  tembakau  tersebut  menyeberang lautan  memasuki


            58  Huub de Jonge, Juragans en Bandols: Tussenhandeleren op Het Eiland
                Madura (Nijmegen: Katholieke Universiteit, 1984), hlm. 194.
            59  Tengkulak  ini  dasar  katanya  dari  kulak  (bahasa  Jawa)  yang  artinya
                membeli untuk  menjual kembali. Lihat  pada  Soegijanto  Padmo  dan
                Edie Djatmiko, Tembakau Kajian Sosial – Ekonomi (Yogyakarta: Aditya
                Media, 1991), hlm. 94.
            60  Lihat ANRI Besoeki 9.20, Algemeen Verslag van de Residentie Besoeki,
                1889.
            61  Lihat  pada  Huub  de  Jonge, Madura dalam Empat Zaman: Pedagang,
                Perkembangan Ekonomi, dan Islam, Suatu Studi Antropologi Ekonomi

                (Jakarta: Gramedia, 1989), hlm. 184.
   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73