Page 69 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 69

Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan  57





                                62
              pasar  internasional.   Sementara kualitas   bawahnya berkeliar





                wilayah   dan membentuk pasar-pasar tanaman perk
              lokal.
                  Sementara  itu  pada  sisi yang lain, satu  organisasi pendidikan
              yang hidupnya   juga  memiliki hubungan  mutualisme   simbiosis

              dengan  tanaman  perkebunan  yaitu  pondok  pesantren. Pesantren-






              pesantren tersebut juga menyewakan tanahnya kepada
              perkebunan  untuk  mendapatkan   keuntungan. Di samping itu,
              tidak sedikit kalangan pesantren ini yang terlibat menjadi pedagang
              perantara. Pihak   pengusaha  sangat  berkepentingan   dengan
              pedagang perantara dari kalangan pesantren ini, tidak saja dengan
              alasan  ekonomi, tapi juga  mengandung alasan  politik  kultural.
              Kalangan  pesantren  mendapat  tempat  di hati masyarakat  petani
              tradisional pedesaan di daerah Karesidenan Besuki. 63  Demikianlah
              kalangan pesantren kemudian juga disedot dalam struktur ekonomi
              baru ini, yang sebelumnya sama seperti dengan masyarakat petani
              lainnya.

                  Inilah  sekilas  gambaran  interaksi antara  masyarakat  agraris
              tradisional dengan sistem ekonomi baru yang menempatkan tanah
              sebagai titik  utama  perubahannya. Masyarakat  agraris  tradisional
              sedang mengalami transformasi besar, dimana     mereka  harus
              memberi jalan  bagi hadirnya  identitas  baru  yang seleranya  selalu
              berubah sesuai dengan kepentingan produksi dan pasar. Sejak saat
              inilah masyarakat agraris tradisional mengenal sistem perekonomian
              pertanian  komersial. Produksi pertanian  tidak  lagi semata-mata
              untuk pangan, tapi sudah demi kepentingan komersial. Masyarakat



              62  Mengenai pembelian  tersebut  terdapat  dua  macam: (i)  pada  masa
                  sebelum panen atau yang lebih dikenal dengan sistem ijon; (ii) pada
                  masa setelah panen. Lihat pada Soegijanto Padmo dan Edie Djatmiko,
                  Tembakau Kajian Sosial – Ekonomi (Yogyakarta: Aditya Media, 1991),
                  hlm. 94-8.
              63  Mengenai hal ini dijelaskan  pada  sub  bab  transformasi masyarakat
                  perkebunan.
   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74