Page 104 - SEJARAH PERLAWANAN TERHADAP IMPREALISME DAN KOLOLISME DI DAERAH SULAWESI TENGGARA
P. 104
Haji Hasan tertangkap lalu dipenjarakan di Palopo. Ia
dipukul dan disiksa berkali-kali. Ia akhirnya meninggal di
dalam penjara Palopo karena tida·k mau makan makanan yang
disediakan yang dianggapnya makanan kafir.
Perlawanan Haji Hasan dilanjutkan oleh Opu Todjabi
bekerja sama dengan Pombili. Berkali-kali Todjabi tertangkap
dan ditahan tetapi selalu berhasil meloloskan diri dari
tahanan. Ia bermarkas di suatu lokasi yang dilindungi oleh
gunung batu dan disebut gunung Todjabi. Pada saatnya
menyergap Belanda selalu berkesudahan dengan kekecewaan
di pihak musuh, sebab Opu Todjabi tidak dimakan besi atau-
pun peluru. Tetapi lama-kelamaan usaha pengejaran Belanda
kian berkurang dan Todjabi menetap saja dalam markas
perlindungannya tidak lagi menghiraukan kejadian di luar
kediamannya. Yang jelas bahwa Opu Todjabi tidak mau ber-
damai dengan Belanda apalagi akan mengikuti pemerintahan
penjajah Belanda. Keadaan itu berlangsung terus sampai
Belanda meninggalkan Indonesia setelah dikalahkan oleh
Jepang pada tahun 1942.
Opu Todjabi diperdayakan oleh semboyan Saudara Tua
dari Jepang sehingga mau datang ke Palopo pada tahun 1942.
Di Palopo ia ditangkap lalu dipenjarakan. Ia disiksa dengan
pukulan yang bertubi-tubi dari Harada algojo Jepang dan pa-
da akhirnya meninggal setelah tidak diberi makan dalam
penjaran selama 10 hari di Palopo, dalam tahun 1943.
Teman Opu Todjabi yang dikenal gelarnya Kapita Pom-
bili mengadakan perlawanan-perlawanan sejak masuknya
Belanda di Mekongga pada tahun 1906. Perlawanan yang ber-
senjatakan taawi atau parang panjang baik dalam pasukan
Haji Hasan maupun Opu Todjabi adalah merupakan pasukan
Kapita Pombili. Daerah pengawasannya memanjang dari
Mangolo (7 km) sebelah utara Kolaka sampai Laikamborasaa
(29 km) sebelah timur Kolaka. Ia mendukung Bokeo Bula
(I Bio) raja Mekongga menolak bekerja sama dengan Belanda.
Ia selalu membantu Haji Hasan dan Opu Todjabi melawan
Belanda, ia sudah banyak pengalaman berhadapan dengan
Belanda, antara lain mendampingi Petta Ponggawae mem-
95