Page 107 - SEJARAH PERLAWANAN TERHADAP IMPREALISME DAN KOLOLISME DI DAERAH SULAWESI TENGGARA
P. 107
di bawah telapak kaki penjajah tidak ada kebahagiaan. Ke-
yakinan di atas kesadaran itulah yang telah pula mendorong
para pemuda, cerdik-cendekia mengusahakan penggalangan
persatuan untuk menghimpun potensi mereka dalam badan-
badan perjuangan. Hal inilah yang menyemangati didirikan-
nya organisasi-organisasi Muhammadiyah PSII dan Penyadar
pada tahun-tahun tiga puluhan.
Matrigi, seorang Guru Sekolah Klas II (Gouvernement
2 de klas asal Kalimantan bersama-sama dengan Haji Daeng
Marakka, Abdurrahirn dan M. Sanusi telah mendirikan
perkumpulan Hummadiyah (Cabang) di Kolaka pada tahun
1934. Selain itu kepanduan juga didirikan. Usaha-usaha
Muhammadiyah diutamakan pada da'wah lslamiyah. Bebera-
pa lama kemudian terbentuklah ranting-ranting Muhammadi-
yah di Kolaka Utara dan selatan. Di Kolaka bagian utara ran-
ting Muhammadiyah didirikan di Wawo yang dipelopori
oleh Muh. Ali Kamry dan A. Madjid Yunus. Didirikan pula
ranting Muhammadiyah di Talala yang dipelopori oleh Petta
Rukka, sedangkan di bagian selatan Kolaka ranting Muham-
madiyah didirikan di Tangketada pada tahun 1939.
Pada tahun 193 5 dibentuklah sebuah organisasi pemuda
yang disebut Pemuda Muslimin Indonesia dan berpusat di
Lasusua (Kolaka Utara), Pelopornya dikabarkan adalah
seorang pensiunan polisi. Dua tahun kemudian yaitu pada
tahun 193 7 Pemuda Muslimin Indonesia berhasil mendirikan
sekolah agama yang disebut Sekolah Arab. Dengan ajaran-
ajaran agama yang disebarluaskan oleh gerakan-gerakan
pemuda baik melalui Perkumpulan Pemuda Muhammadiyah
maupun Pemuda Muslimin Indonesia dengan Sekolah
Arabnya memberikan corak dan dinamika masyarakat di
Kolaka bagian utara. Sisa-sisa gerakan Haji Hasan dan Opu
Todjabi turut mewarnai kehidupan masyarakat. Di wilayah
Kolaka Utara banyak menghasilkan kopra, rotan dan damar.
Wilayah ini agak sulit dijangkau oleh pemerintah penjajah
Belanda karena komunikasinya yang sangat sukar. Dengan
demikian agak menguntungkan bagi masyarakat pedagang
untuk leluasa berlayar keluar daerah misalnya ke J awa,
98